Intisari-Online.com - Saat ini, seluruh dunia tengah berfokus pada perang Rusia dan Ukraina.
Banyak negara khawatir bahwa perang Rusia dan Ukraina akan berubah menjadi perang nuklir.
Ini karena Rusia memiliki jumlah senjata nuklir terbanyak di dunia.
Selain itu, Rusia juga dikenal memiliki senjata militer seperti rudal hingga roket.
Namun di tengah situasi panas itu, mendadakKorea Utara menembakkan empat tembakan dari beberapa sistem peluncuran roket ke perairan barat Laut Kuning.
Hal itu menurut kantor berita Yonhap pada hari Minggu, mengutip pejabat militer Korea Selatan.
Menurut kantor berita, empat proyektil jatuh ke laut dalam waktu satu jam dari 07:20 waktu setempat pada hari Minggu (22:00 GMT pada hari Sabtu).
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan dilaporkan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas insiden tersebut.
"Ada tembakan yang diyakini berasal dari beberapa peluncur roket Korea Utara pagi ini", kata seorang pejabat di angkatan bersenjata Korea Selatan, seperti dikutip oleh kantor berita.
Selain itu, pejabat tersebut dilaporkan menekankan bahwa Seoul sedang memantau perkembangan di wilayah tersebut.
Tujuannya guna menjaga kesiapan pertahanan negara.
Dilansir dari sputniknews.com pada Senin (21/3/2022), sejak akhir 2017, Pyongyang telah mempertahankan moratorium sukarela pada uji coba nuklir dan peluncuran sistem rudal balistik antarbenua (ICBM).
Namun, pada bulan Januari, pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un memutuskan untuk mempertimbangkan dimulainya kembali "semua kegiatan yang ditangguhkan sementara".
Alasannya karena apa yang dia gambarkan sebagai kebijakan bermusuhan di pihak Amerika Serikat (AS).
Sejumlah media dan pakar menilai pernyataan ini sebagai niat Pyongyang untuk berhenti mematuhi moratorium uji coba nuklir dan rudal jarak jauh di tengah macetnya dialog dengan Washington.
Pada 27 Februari 2022 dan 5 Maret 2022, Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik sebagai bagian dari proyek satelit pengintaian.
Pada hari Rabu, media melaporkan bahwa Pyongyang telah menembakkan proyektil lain yang diduga, tetapi peluncuran itu berakhir dengan kegagalan.
Seoul dan Washington menuduh Pyongyang telah menguji ICBM Hwasong-17 baru dengan dalih mengembangkan sistem satelit.
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan menganggap peluncuran itu sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan mengutuk Pyongyang karena meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.