Intisari-Online.com - Perpeloncoan telah ada diAngkatan Darat Soviet pada 1960-an.
Praktik itu difasilitasiPolitbiro Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet (CPSU) untuk merekrutpara kriminal untuk bergabung menjadi tentara.
Melansir Ridl.io, berdasarkan data tahun 1971, Kepala Kantor Kejaksaan Militer menyatakan bahwa 1.573 tentara melakukan bunuh diri dan percobaan bunuh diri.
Setelah dimulainya perang Afghanistan, Kementerian Pertahanan mengirimkan perintah rahasia kepada pasukan tentang mereka yang melanggarprosedur operasi militer.
Menurut statistik, 4.000 orang dihukum karena perpeloncoan pada tahun 1985.
Pada 1990-an, perpeloncoan diakui sebagai salah satu masalah utama bagi tentara Rusia.
Misalnya, pada tahun 1996, militer sendiri mengakui peningkatan jumlah bunuh diri dan percobaan bunuh diri.
Lebih dari80% dari tindakan tersebut dilakukan oleh wajib militer.
Menurut mantan Menteri Pertahanan, Igor Rodionov, bunuh diri jarang terjadi di mas sebelumnya, hal itu kemudian dianggapsebagai kasus luar biasa.
Kemudianpada tahun 1996 sudah ada sekitar seratus tragedi semacam itu di angkatan bersenjata.
Menurut laporan resmi, Perang Chechnya pertama (1994–1996) menewaskan4.000 tentara, padahal catatan tidak resmi menunjukkan angkalebih dari 10.000.
Pejabat senior bahkan berusaha mencegah wartawan mengumpulkan informasi dan mengancam akan menangguhkan sejumlah organisasi media jika membongkar apa yang sebenarnya terjadi.
Pada tahun 2000-an, situasi tentang kematian prajurit terus memburuk.
Menurut data resmi dari kantor kejaksaan militer dan Kementerian Pertahanan Rusia, bunuh diri menyumbang 35% dari semua kematian di antara prajurit pada tahun 2003 (337 orang).
Angka tersebut meningkat menjadi 40% pada tahun 2006 (554 orang).
Perang di Suriah dan Ukraina
Pada tahun 2014, sehubungan dengan operasi militer di timur Ukraina, upaya pihak berwenang untuk menyembunyikan kematian prajurit meningkat secara radikal.
Pada Agustus 2014, Ilya Vasyunin dan Vladimir Romensky, jurnalis 'Russkaya Planeta' dan saluran TV 'Dozhd' diserang di sebuah pemakaman dekat Pskov saat mencarikuburan tentara yang diduga tewas di Donbas.
Beberapa hari kemudian, seorang anggota Dewan Legislatif Wilayah, Lev Shlossberg, yang melaporkan pemakaman prajurit yang terbunuh di Ukraina, dipukuli secara brutal di Pskov.
Pada 2015, Vladimir Putin menandatangani dekrit di mana data kehilangan personel militer di masa damai diklasifikasikan sebagai rahasia negara.
(*)