Dicap Keras Kepala, Ternyata Vladimir Putin Sebenarnya Mau Melunak, Bahkan Hentikan Invasi Rusia ke Ukraina Asal 3 Syarat Mutlak Ini Dipenuhi

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

(ilustrasi) Vladimir Putin perintahkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi
(ilustrasi) Vladimir Putin perintahkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi

Intisari-online.com - Selama hampir sepekan ini, invasi Rusia ke Ukraina, sukses membuat geger seluruh dunia.

Tagar Perang Dunia III mendadak menggema di mana-mana karena invasi Rusia diproyeksi bisa meluas.

Bahkan, invasi tersebut bisa menjadi awal mula perang nuklir, karena Rusia memperingatkan tak segan akan menggunakan senjata nuklir.

Selain itu, banyak pihak menuntut Rusia untuk menghentikan invasi tersebut, sebelum meluas.

Rupanya genjata senjata yang diharapkan banyak pihak itu sebenarnya bisa saja terjadi.

Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa perdamaian hanya bisa datang ke Ukraina.

Jika menerima tiga prasyarat yang ditetapkan oleh pihak Rusia.

Dalam panggilan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 28 Februari.

Baca Juga: Ikuti Jejak Rusia Gempur Ukraina Tanpa Pandang Bulu, Negara Kecil Sekutu Rusia Ini Juga Siap Lakukan Invasi ke Negara Eropa Lainnya, Negara Ini Sasarannya

Baca Juga: Bisa Terlambat Jika Tak Segera Digempur Rusia, Terkuak Ini Alasan Negeri Tirai Besi Gempur Ukraina Habis-Habisa, Jika Dibiarkan Ukraina Disebut Bisa Jadi Ancaman Berbahaya Bagi Rusia

Vladimir Putin mengatakan Rusia siap untuk bernegosiasi dengan perwakilan Ukraina untuk mengakhiri pertempuran.

Namun, Presiden Rusia menekankan bahwa solusi damai untuk Ukraina hanya mungkin jika "kepentingan keamanan Rusia yang sah dijamin".

Termasuk tiga syarat berikut, "kedaulatan Rusia atas semenanjung Krimea" diakui", "de-militerisasi dan de-fasis. Ukraina" dan "memastikan Ukraina tetap netral".

Menurut Istana Elysee, dalam panggilan telepon dengan presiden Rusia, Macron juga mengangkat "permintaan masyarakat internasional" untuk mengakhiri pertempuran di Ukraina dan perlunya gencatan senjata segera.

Presiden Macron telah meminta Rusia untuk melakukan hal berikut:

Hentikan semua serangan terhadap warga sipil dan sasaran sipil di Ukraina. Lindungi keselamatan semua warga sipil dan fasilitas sipil di Ukraina.

Pastikan keamanan di jalan-jalan pusat, terutama di selatan kota Kiev.

Prancis mengumumkan dan menambahkan bahwa Putin "siap untuk memenuhi persyaratan di atas".

Baca Juga: Bersikap Netral Tanggapi Konflik Rusia-Ukraina, Sebenarnya Begini Hubungan Indonesia dengan Rusia dan Pandangan Orang Rusia terhadap Indonesia

Baca Juga: Bersikap Netral Tanggapi Konflik Rusia-Ukraina, Sebenarnya Begini Hubungan Indonesia dengan Rusia dan Pandangan Orang Rusia terhadap Indonesia

Selama pembicaraan, Putin juga menambahkan bahwa militer Rusia di Ukraina tidak mengancam warga sipil atau menargetkan warga sipil di Ukraina.

Sementara Putin dan Macron berbicara melalui telepon, Prancis dan anggota Uni Eropa (UE) lainnya bekerja untuk meloloskan undang-undang yang memungkinkan pengungsi dari Ukraina dilindungi dan tinggal di negara-negara Uni Eropa selama mungkin, hingga 3 tahun.

"Misi UE adalah untuk mendukung pengungsi dari Ukraina," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin pada 28 Februari.

Para menteri Uni Eropa diperkirakan akan bertemu pada 3 Maret. untuk meloloskan RUU tersebut di atas.

Menurut perkiraan PBB, lebih dari 500.000 orang Ukraina telah melintasi perbatasan ke negara-negara Eropa untuk menghindari efek konflik dengan Rusia.

Di bawah proposal Prancis, pengungsi Ukraina di UE akan diberikan izin tinggal, akses untuk bekerja, menerima tunjangan sosial, dan perawatan medis.

Artikel Terkait