Intisari-online.com - Rencana Rusia untuk gempur Ukraina tampaknya memang diperhitungkan dengan matang.
Rusia mengatakan, mereka menyebut Ukraina sebagai negara yang bisa mengancamnya di masa depan.
Hal itu membuat Vladimir Putin bergerak cepat untuk melakukan operasi militer khusus pada Ukraina secara dadakan.
Tak hanya itu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga mengatakan bahaya Ukraina di masa depan.
Berbicara pada Konferensi Perlucutan Senjata pada 1 Maret.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Ukraina adalah "bahaya nyata" bagi Rusia ketika "berusaha memperoleh senjata nuklir".
"Bahaya yang ditimbulkan oleh pemerintahan Zelensky terhadap negara-negara tetangga dan keamanan internasional meningkat secara dramatis setelah pihak berwenang Kiev memulai permainan berbahaya seperti rencana untuk membeli senjata nuklir," kata Lavrov.
Sebelumnya, Rusia berulang kali menekankan niatnya untuk melancarkan operasi militer di Ukraina dalam rangka "demiliterisasi" negara tetangga tersebut.
"Ukraina memiliki teknologi nuklir dari era Soviet dan berencana membeli senjata nuklir. Kami tidak bisa tidak menanggapi bahaya yang begitu nyata," tambah Lavrov.
Dalam pidatonya, Lavrov juga menyampaikan keprihatinan Rusia bahwa senjata nuklir AS masih dikerahkan di sejumlah negara Eropa.
"Kami tidak dapat menerima bahwa senjata nuklir AS masih ada di beberapa negara Eropa. Itu bertentangan dengan poin-poin dasar Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir," katanya.
"Senjata nuklir Amerika seharusnya sudah dibawa pulang sejak lama," kata menteri luar negeri Rusia.
Menurut Lavrov, dalam perang nuklir, tidak akan pernah ada pemenang.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia berbicara secara online melalui layar, banyak perwakilan dari Inggris dan Prancis keluar untuk memprotes.
Menurut rencana semula, Lavrov akan hadir langsung pada pertemuan Conference on Disarmament di Jenewa (Swiss).
Namun, pihak Rusia mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa memblokir penerbangan Menteri Luar Negeri Rusia.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, juga muncul di Konferensi Perlucutan Senjata.
Dalam pidatonya, Kuleba meminta para pemimpin internasional untuk bersatu menyerukan Rusia untuk menghentikan pertempuran di Ukraina dan menarik pasukannya.
"Pertempuran di Ukraina menyebabkan ketidakamanan global. Jadi butuh respon global untuk mengatasinya," kata Kuleba.