Baik China maupun Rusia, disebut tidak membutuhkan bantuan militer dalam konflik yang dihadapinya masing-masing.
Hal itu seperti yang diungkapkan Li Mingjiang, profesor di S. Rajaratnam, Sekolah Studi Internasional di Singapura.
“Sama seperti China yang tidak mengharapkan Rusia untuk membantunya secara militer dalam kasus perang atas Taiwan, Rusia tidak mengharapkan China untuk membantu secara militer atas Ukraina, juga tidak membutuhkan bantuan seperti itu,” katanya.
Bantuan yang dibutuhkan Rusia adalah dukungan secara diplomatis dan ekonomi.
Disebut bahwa China akan menunjukkan bahwa Ia adalah teman yang dapat diandalkan dengan tidak bergabung dengan paduan suara kecaman internasional jika Rusia menginvasi Ukraina.
China sendiri adalah satu-satunya negara yang memberikan suara dengan Rusia bulan lalu dalam upaya yang gagal untuk menghentikan pertemuan Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang, atas permintaan Amerika Serikat, mengenai penambahan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina.
Selain itu, para ahli mengatakan bahwa China dapat memperluas kerja sama ekonomi dengan Rusia, dukungan yang akan menumpulkan dampak sanksi yang dijanjikan oleh Barat jika ada invasi.
Setelah invasi Rusia ke Krimea, beberapa bank pemerintah China, termasuk China Development Bank dan Bank Ekspor-Impor China memberikan pinjaman untuk bank-bank milik negara Rusia yang disetujui oleh Barat.
Sementara itu, China secara konsisten menyerukan agar krisis Ukraina diselesaikan secara damai melalui dialog.
Meski mendukung Rusia, disebut China lebih suka jika Rusia tidak menginvasi Ukraina. Hal ini terkait kemungkinan sanksi yang timbul bagi China dan Rusia.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR