Dalam sebuah pertempuran besar di dekat benteng, pasukan Belanda berhasil mengalahkan pasukan Mataram.
Pasukan Mataram akhirnya dipukul mundur, karena kekalahan itu Sultan Agung mengirim algojo untuk memenggal kedua panglimanya.
M.C Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 menulis bahwa
VOC menemukan 7 mayat prajurit Jawa yang tak dikuburkan, beberapa di antaranya tanpa kepala.
Pada 1629, Sultan Agung juga melakukan penyerangan kembali.
Selama masa penyerangannya, Sultan Agung dan pasukannya berhassil merebut Benteng Hollandia dari VOC.
Namun, karena perbekalan yang semakin menipis dan adanya bahaya kelaparan, pasukan Sultan Agung tidak berhasil mempertahankan benteng tersebut.
Meski tidak membawa keberhasilan untuk merebut Batavia secara keseluruhan, tekad dan semangat untuk mengusir VOC menjadi bukti Sultan Agung.
Bahkan sampai akhir hayatnya, Sultan Agung tetap tidak mau berdamai dengan VOC meskipun diberikan tawaran yang cukup menjanjikan.
Sultan Agung wafat di Mataram (persisnya di Bantul) pada 1645 dan dimakamkan di astana Kasultanan Agung.
Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Baca Juga: Alasan Aswawarman Disebut sebagai Wangsakarta dari Kerajaan Kutai
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR