Penulis
Intisari-Online.com - Masa pemerintahan Raja Purnawarman disebut-sebut sebagai puncak kejayaan Kerajaan Tarumanegara.
Raja Purnawarman memerintah Kerajaan Tarumanegara antara tahun 395-434 M.
Kerajaan Tarumanegara sendiri berdiri pada abad ke-4, lebih tepatnya tahun 358 M.
Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua di nusantara setelah Kutai.
Pendirinya bukan berasal dari nusantara namun Maharesi Jayasingawarman yang berasal dari India.
Jayasingawarman memerintah dari tahun 358 M sampai 328 M, dan setelahnya memutuskan untuk menjadi petapa.
Kepemimpinan Kerajaan Tarumanegara lalu dilanjutkan oleh Raja Dharmayawarman.
Sementara Raja Purnawarman menjadi raja ketiga yang memerintah Kerajaan Tarumanegara.
Ia adalah putra Maharaja Dharmayawarman (raja kedua Kerajaan Tarumanegara) dan cucu dari Jayasingawarman, pendiri Kerajaan Tarumanegara.
Purnawarman lahir pada 16 Maret 372 masehi.
Kemudian, ia mulai menjadi raja Kerajaan Tarumanegara pada 395 M, di usia 23 tahun.
Pada 397 masehi, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan yang letaknya lebih dekat ke pantai.
Kota itu diberi nama Sundapura, cikal-bakal kata "Sunda" sekarang.
Maharaja Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah berani, bijaksana, dan sangat memerhatikan kehidupan rakyatnya.
Sementara di medan perang, ia dikenal sebagai sosok perkasa dan tangkas sehingga oleh lawannya dijuluki 'Harimau Tarumanegara'.
Tarumanegara berhasil menguasai 48 kerajaan daerah. Kekuasaan Tarumanegara meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Barat, mulai dari Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon.
Dikenal sebagai raja yang membawa Kerajaan Tarumanegara ke puncak kejayaan, Raja Purnawarman menjalankan beberapa proyek besar selama masa pemerintahannya.
Misalnya, ia memperbaiki aliran Sungai Gangga di daerah Cirebon.
Ia pun memperbaiki dan memperindah alur Sungai Cupu agar air dapat mengalir ke seluruh kerajaan.
Para petani senang karena ladang mereka mendapat air dari aliran sungai sehingga ladang menjadi subur tidak kekeringan pada musim kemarau.
Sri Purnawarman berani memimpin Angkatan Laut Kerajaan Tarumanegara untuk memerangi bajak laut yang merajalela di perairan Barat dan Utara kerajaan. Ia berhasil membasmi semua perompak, keadaan menjadi aman.
Sebagai wujud kecintaan rakyat Kerajaan Tarumanegara kepada Sri Purnawarman, telapak kakinya diabadikan dalam bentuk prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Ciaruteun.
Sementara untuk mendapatkan pengesahan atas kekuasaannya sebagai seorang raja Tarumanegara, Sri Purnawarman membuat beberapa prasasti yang ditempatkan di beberapa titik aliran sungai.
Berikut ini beberapa prasasti yang menjadi bukti pencapaiannya dalam memerintah Kerajaan Tarumanegara.
Prasati Ciareteun
Sri Purnawarman mengesahkan kekuasaannya dengan merujuk kepada Dewa Wisnu sebagai salah satu Dewa tertinggi dan Shititi (Pemelihara) dalam agama hindu.
Pada Prasasti Ciareteun menyebutkan jika Sri Purnawarman memiliki telapak kaki yang serupa dengan telapak kaki Dewa Wisnu.
Telapak kaki terpahat dalam Prasasti Ciarateun membuktikan hal tersebut.
Selain itu, terdapat puisi yang berisi empat baris dan berirama anustubh.
"Inilah sepasang telapak kaki, yang seperti telapak kaki, Dewa Wisnu, ialah telapak kaki Yang Mulia Purnawarman, raja di negara Taruma (Tarumanegara), raja yang gagah dan berani di dunia,"
Bila melihat pada keempat baris puisi tersebut, Sri Purnawarman mengesahkan dirinya sebagai perwujudan Dewa Wisnu di dunia.
Oleh karena itu, rakyat harus tunduk dan patuh kepada perintah Sri Purnawarman sebagaimana rakyat memuja Dewa Wisnu.
Prasasti Kebon Kopi
Pada Prasasti kebon Kopi, terpahat telapak kaki gajah milik Sri Purnawarman.
Prasasti ini menyebutkan jika gajah tunggangan Sri Purnawarman seperti Airawata, yakni Vahana atau kendaraan Dewa Indra.
Pada terjemahan tersebut Sri Purnawarman mengesahkan kekuasaannya melalui penyimbolan dirinya sebagai Dewa Indra yang merupakan Dewa Perang, Dewa Cuaca, dan Penguasa Kahyangan dalam agama Hindu.
Secara Simbolis, vahana atau kendaraan yang ditunggangi Sri Purnawarman sianggap sema seperti milik Dewa Indra.
Prasasti Pasir Jambu
Sri Purnawarman juga mencitrakan dirinya sebagai raja yang tangguh, perkasa, dan ditakuti musuh sehingga layak untuk dihormati oleh rakyatnya.
Dalam Prasasti Pasir Jambu, Sri Purnawarman disebut sebagai raja yang gagah dan termasyhur.
Prasasti Pasir Jambu merupakan prasasti yang berisi puji-pujian terhadap Sri Purnawarman.
Puji-pujian ini mengesahkan kekuasaan Sri Purnawarman sebagai seorang raja yang memerintah di Tarumanagara.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Seperti prasasti yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Purnawarman lainnya, isi prasasti ini juga berbentuk puisi anustubh.
Prasasti Tugu menceritakan tentang penggalian Sungai Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian saluran (sungai) yang bernama Gomati yang panjangnya 11-12 kilometer oleh Purnawarman.
Keterangan yang didapatkan dari Prasasti Tugu memberi petunjuk bahwa Kerajaan Tarumanegara melakukan penggalian itu untuk menghindari bencana alam berupa banjir dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
(*)