Advertorial
Intisari-Online.com – Orang-orang di Armenia mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Hayk (Haic) yang merupakan pendiri bangsa mereka.
Legenda Hayk berasal dari sejarawan Armenia Movses Khorenatsi (410-490 M).
Khorenatsi mendokumentasikan peristiwa dalam kehidupan Patiark legendaris dalam bukunya History of Armenia, yang berisi materi unik tentang legenda Armenia kuno.
Dalam buku itu juga tertulis informasi sejarah tentang kontak bangsa dengan Sassanid, kekaisaran Bizantium Arsacid.
Legenda mengisahkan bahwa Hayk secakep para dewa dan sekuat raksasa.
Dia adalah putra Torgom, salah satu keturunan Nuh, dan tinggal di Shinar, tanah Irak sekarang, yang menjadi penunggu Menara Babel yang terkenal.
Ketika Hayk masih muda, dewa pelindung Babel adalah Bel, sering disebut sebagai Dewa Bel Marduk.
Pada zaman kuno, Babel dianggap hampir sebagai ‘pusat dunia’.
Bagi orang-orang kuno, Babel adalah ‘kota suci’ yang didedikasikan untuk pemujaan Marduk, dengan kuil dan patung emas di sana, tapi sayangnya dijarah beberapa kali dengan menyerang orang Het, Elam, dan Asyur.
Konflik antara Bel Marduk dan Hayk disebutkan terjadi antara tahun 2492 SM dan 2107 SM.
Raja Bel Marduk menjadikan dirinya raja atas segalanya dan menuntut untuk disembah, tetapi Hayk menolak, karena menganggap dia adalah dewa yang sombong, kemudian Hayk melarikan diri bersama keluarga dan hewannya ke tanah Ararat.
Di dekat Gunung Ararat, Hayk mendirikan sebuah desa yang diberi nama Haykashen.
Dia menetap di sana dengan rumah tangga besar yang terdiri dari 300 orang, tetapi menyadari bahwa hidup tidak akan damai.
Karena Raja Bel melakukan berbagai upaya untuk membuat Hayk kembali, tetapi Hayk tetap menolak, dan ini yang membuat marah dewa Babel.
Movses Khorenatsi dalam bukunya menulis, “Hayk adalah pria yang tampan, ramah, dengan rambut keriting, mata berbinar, dan lengan yang kuat.
Dia adalah pria dengan perawakan raksasa, pemanah yang perkasa, dan pejuang yang tak kenal takut.
Hayk dan rakyatnya, dari zaman nenek moyang mereka Nuh dan Yafet, telah berimigrasi ke selatan menuju tanah yang lebih hangat di dekat Babel, yang diperintah oleh seorang raksasa jahat, Bel.
Bel mencoba memaksakan tiraninya pada rakyat Hayk, melansir Ancient Pages.
Namun Hayk yang bangga menolak untuk tunduk pada Bel.
Segera setelah putranya Aramaniak lahir, Hayk bangkit dan memimpin rakyatnya ke utara menuju tanah Ararad. Di kaki gunung dia membangun sebuah desa dan memberinya nama, memanggil Haykashen."
Raja Bel yang marah mengumpulkan pasukan besar melawan Hayk, memaksanya untuk tunduk, tetapi aksi militer ini tidak berakhir seperti yang diinginkan Raja Babilonia itu.
Hayk, telah diperingatkan oleh cucunya, Kadmos, bahwa pasukan Babilonia besar-besaran mendekati desa, sehingga mereka membuat persiapan untuk menghadapi musuh.
Pahlawan Armenia itu mengumpulkan pasukannya di sepanjang tepi Danau Van dan memberi tahu prajuritnya bahwa mereka harus mengalahkan dan membunuh Bel atau mati saat mencoba melakukannya daripada ditangkap dan menjadi budaknya.
Dalam pertempuran ini Hayk menang, karena dia membunuh Bel dengan anak panah dari busurnya sendiri.
Tempat di mana Bel dikuburkan disebut ‘Kerezman’, yang berarti kuburan, dan disebutkan hingga hari ini.
Orang-orang Armenia menyanyikan lagu-lagu dan menceritakan kisah tentang keindahan dan keberanian Hayk yang luar biasa.
Hayk meninggal pada usia empat ratus tahun sekitar tahun 2028 SM.
Baca Juga: Armenia-Azerbaijan Kembali Bergejolak, Satu Tentara Azerbaijan Tewas dalam Serangan Armenia
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari