Intisari-online.com - Rencana invasi Rusia ke Ukraina memang semakinsanter terdengar, meski tidak diketahui pastinya.
Kapan Rusia akan melakukan invasi ke Ukraina, dalam waktu dekat ataukah masih perlu perhitungan lagi.
Pasalnya Rusia memang sudah menyiapkan ribuan pasukannya di perbatasan Ukraina.
Hal ini disinyalir akan membuat Rusia segera melancarkan serangan ke Ukraina.
Namun, jika itu dilakukan ternyata Amerika Serikat dan Baratbisa membuat Rusia berdarah-darah tanpa perlu melakukan serangan.
Rusia harus kehilangan sejumlah besar uang jika AS dan sekutu Baratnya memberikan sanksi jika menyerang Ukraina.
Namun, berapa banyak kerugian tersebut, sampai disebut bisa membuat Rusia berdarah-darah?
Surat kabar Jerman Bild, mengutip beberapa sumber internal.
Mengatakan AS berusaha meyakinkan sekutunya untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia jika meluncurkan serangan ke Ukraina, stasiun RT segera melaporkan pada 25 Januari.
Sanksi ini, jika diterapkan, akan menargetkan ekspor senjata dan energi Rusia, dan diperkirakan merugikan Rusia sekitar 50 miliar dollar AS (Rp717 triliun).
Rencana untuk menghukum Rusia dikatakan telah diusulkan oleh Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) William J. Burns selama kunjungan rahasianya baru-baru ini ke Jerman.
Ini dilakukan sebelum kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken antara 20 Januari - 1 Februari beberapa hari.
Pejabat Amerika selama kunjungan ini meminta pemerintah Berlin untuk melarang impor bahan mentah dari Rusia dan mencegah bagian dari pipa Nord Stream 2 yang melalui Jerman beroperasi.
Bild mengatakan pemimpin Berlin telah meyakinkan AS bahwa jika terjadi perang Rusia-Ukraina, gas Rusia tidak akan diizinkan untuk diangkut melalui pipa Nord Stream 2 di wilayah Jerman.
Namun, pemerintah Jerman juga menyatakan tidak ingin sepenuhnya memblokir pipa dariRusia.
Karena ini akan memainkan peran penting dalam memecahkan masalah pasokan energi Jerman yang langka.
Pihak AS kemudian menyatakan ketidakpuasan dengan posisi Jerman ini.
Informasi Bild juga dikonfirmasi oleh sumber dari Gedung Putih oleh The Independent.
Untuk itu, AS selain meyakinkan sekutunya, juga melakukan negosiasi dengan sejumlah eksportir migas kuat seperti Qatar dan beberapa negara Afrika Utara untuk memastikan Eropa tidak memutus pasokan ketika Rusia dikenai sanksi.
Sumber The Independent juga menegaskan bahwa putaran sanksi ini akan lebih besar daripada putaran sanksi sebelumnya sejak Rusia mencaplok semenanjung Krimea pada tahun 2014.
Selain target dalam ekspor energi dan senjata, entitas keuangan utama Rusia seperti sistem perbankan Sberbank, VTB dan Gazprombank juga akan menjadi sasaran.