Para Mahasiswa Tuntut Presiden Soekarno Memenuhinya, Inilah Isi Tritura yang Muncul di Akhir Pemerintahan Orde Lama

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi. Peristiwa Tritura terjadi di akhir pemerintahan Soekarno.
Ilustrasi. Peristiwa Tritura terjadi di akhir pemerintahan Soekarno.

Intisari-Online.com - Masa pemerintahan Orde Lama berakhir secara resmi pada tahun 1967 dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967.

Sebelum itu, rangkaian peristiwa yang menjadi catatan sejarah Indonesia terjadi, termasuk aksi Tritura.

Para mahasiswa menuntut Presiden Soekarno agar memenuhi Tritura, yaitu Tri Tuntutan Rakyat atau tiga tuntutan rakyat.

Tritura pertama kali dikumandangkan pada 10 Januari 1966 di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).

Kini, setiap tanggal 10 Januari diperingati sebagai Hari Tritura, memperingati bagaimana upaya para mahasiswa memperbaiki kondisi politik dan memperjuangkan hak rakyat.

Tidak kunjung dipenuhinya Tritura kemudian melahirkan demonstrasi yang terus berlangsung di tahun 1966.

Situasi Indonesia pada saat itu akhirnya memaksa Soekarno untuk mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar, yang memberikan tugas kepada Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban.

Seperti diketahui, Surat Perintah 11 Maret 1966 itulah yang dianggap sebagai awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru. Ketika itu, pengaruh Soekarno sebagai presiden semakin melemah.

Baca Juga: Terjadi Pasca Tragedi G30S, Inilah Latar Belakang Lahirnya Tritura

Baca Juga: Cek Kalender Jawa Februari 2022, Lengkap dengan Weton Pasaran hingga Wuku

Latar Belakang dan Isi Tritura

Pembahasan Tritura memang sangat berkaitan dengan dimulainya periode kekuasaan Presiden Soeharto dan berakhirnya periode kekuasaan Presiden Soekarno.

Situasi politik dan ekonomi Indonesia di sekitar tahun 1960-an melatarbelakangi munculnya Tritura.

Dalam Buku Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998 (2011) yang diterbitkan Kemenparekraf tertulis bahwa kondisi politik di Indonesia dari tahun 1960 sampai dengan 1965 diwarnai oleh konstelasi tiga kekuatan politik.

Tiga kekuatan besar yang berkembang pada saat itu berpusat pada Soekarno, ABRI (Angkatan Darat) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketidakstabilan politik kemudian menyebabkan menurunnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.

Belum lagi kebijakan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia dijauhi negara barat karena sikap anti neokolonialisme dan neoimperialisme menyebabkan posisi Indonesia semakin sulit.

Sikap itu membuat Indonesia akhirnya kehilangan dukungan internasional baik di bidang politik maupun ekonomi.

Baca Juga: Padahal Memiliki Sumber Daya Manusia Rendah Bagaimana Bisa Korea Utara Punya Teknologi Militer Mutakhir Hingga Ciptakan Senjata Nuklir, Rupanya Ini Rahasianya

Baca Juga: Kisah Ying Zheng Kaisar China yang Berhubungan Badan dengan 13.000 Wanita Hingga Memiliki 2.800 Anak, Ketika Mati Dimakamkan di Kuburan yang Dibangun 700.000 Pekerja Paksa

Puncaknya adalah pada malam gerakan 30 September (G30S). Kemudian, ketidakstabilan politik pun berdampak pada kondisi ekonomi yang membuat rakyat merasa kesulitan.

Lahirlah Tritura sebagai tuntutan atas kondisi tersebut yang ditujukan agar dipenuhi Presiden Soekarno.

Adapun isi Tritura adalah sebagai berikut:

  1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
  2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
  3. Turunkan harga
Tritura disepakati dalam pertemuan KAMI tanggal 9 Januari 1966.

Tiga tuntutan itu dirumuskan oleh tiga orang wakil KAMI Pusat yaitu, lsmid Hadad (Ikatan Pers Mahasiswa), Saverinus Suwardi (PMKRI) dan Nazaruddin Nasution (HMI).

Baca Juga: Duh Kok Baru Tahu! Ternyata Begini Cara Jitu Membersihkan Kain Pel Hitam Kembali Putih Seperti Baru

Baca Juga: Amerika Ikut Kepanasan, Tak Cukup NATO yang Jorjoran Kirim Militernya ke Ukraina, Amerika Disebut Siap Kerahkan 8.500 Tentaranya ke Ukraina, Putin Ketar-Ketir?

Pada 15 Januari 1966, mahasiswa diundang untuk hadir dalam Sidang Kabinet Dwikora di Istana Bogor, tetapi hasil pertemuan itu tidak memuaskan mereka.

Kemudian, perombakan kabinet yang diumumkan pada 21 Februari 1966 justru semakin memanaskan suasana.

Pasalnya masih ada beberapa tokoh berhaluan kiri di dalam kabinet baru itu.

Sementara itu, dengan tuntutan pembubaran PKI yang tidak segera dipenuhi, lama-kelamaan berubah menjadi desakan agar Bung Karno turun tahta.

Soekarno semakin terjepit hingga akhirnya mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966.

Akhirnya, Orde Lama benar-benar tumbang dan digantikan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Baca Juga: Bukan dengan Militer, Vladimir Putin Blak-blakan Bongkar Ancaman Paling Mengerikan yangDiprediksi Terjadi di Eropa Jika Amerika dan Sekutunya Berani Serang Rusia, Apa Itu?

(*)

Artikel Terkait