Advertorial

Terjadi Pasca Tragedi G30S, Inilah Latar Belakang Lahirnya Tritura

Khaerunisa

Editor

Tritura pertama kali dikumandangkan pada 10 Januari 1966. Apa yang menjadi latar belakang lahirnya Tritura?
Tritura pertama kali dikumandangkan pada 10 Januari 1966. Apa yang menjadi latar belakang lahirnya Tritura?

Intisari-Online.com - Tritura pertama kali dikumandangkan pada 10 Januari 1966. Apa yang menjadi latar belakang lahirnya Tritura?

Pada 10 Januari 1966, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan berbagai unsur lainnya menggelar demonstrasi besar-besaran menuntut dipenuhinya Tritura.

Tritura merupakan Tri Tuntutan Rakyat atau tiga tuntutan rakyat, yang dirumuskan dan disepakati para mahasiswa pada 9 Januari 1966.

Demonstrasi dilakukan di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), serta berbagai tempat strategis di Jakarta.

Adapun isi Tritura yaitu:

1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)

2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S

3. Turunkan harga

Baca Juga: Inilah Dampak Tritura, Pengaruh Soekarno Makin Lemah hingga Berakhirnya Orde Lama

Baca Juga: Disebut Tonggak Lahirnya Orde Baru, Apa yang Dimaksud dengan Tritura?

Pada 12 januari 1966, perwakilan mahasiswa diundang Presiden Soekarno untuk menghadiri sidang kabinet dan mendapatkan jawaban atas beberapa tuntutan.

Beberapa tuntutan mahasiswa dijawab dengan penurunan harga minyak sebesar 50 persen serta upaya mencari jalan keluar untuk menurunkan harga barang secara keseluruhan.

Namun, situasi kembali memanas setelah Presiden Soekarno menganggap bahwa janjinya sulit direalisasikan dan menuduh gerakan mahasiswa dimanipulasi dan ditunggangi oleh kekuatan neokolonialisme dan imperialisme.

Maka, mahasiswa pun kembali melakukan aksi menuntut Tritura dipenuhi.

Salah satunya dengan melakukan aksi sabotase pelantikan Kabinet Baru yang memaksa para calon menteri harus mencapai istana dengan menggunakan helikopter.

Nyaris setiap hari aksi demonstrasi dilakukan, hingga puncaknya terjadi pada 11 Maret 1966.

Ketika itu, mahasiswa kembali menggelar demonstrasi secara besar-besaran di depan Istana Negara.

Pada akhirnya, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret yang memberikan tugas kepada Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban.

Baca Juga: Tersembunyi di Bawah Topeng Emas, Tutupi Kepala dan Bahu Mumi, Inilah Mahkota Emas Tutankhamun, Dirancang untuk Mengamankan Wig Raja Saat Upacara dan Melindungi Dahinya di Akhirat

Baca Juga: Kontras dengan Kebiasaan Makan Orang Indonesia, Rupanya Ini Rahasia Umur Panjang Orang Jepang Praktikkan Tiga Kebiasaan Sehat yang Hampir Mustahil Dilakukan Orang Seantero Dunia

Surat perintah yang kemudian dikenal sebagai Supersemar itu menjadi awal bagi Soeharto mendapat wewenang untuk mengambil segala tindakan untuk menjamin keamanan, ketenangan dan stabilitas politik.

Surat Perintah 11 Maret 1966 pun kemudian dianggap sebagai awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru.

Pengaruh Soekarno sebagai presiden semakin melemah, sebaliknya, Soeharto justru kian kuat bak pahlawan penyelamat bangsa.

Orde Lama benar-benar tumbang dan digantikan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Latar Belakang Lahirnya Tritura

Tentunya, peristiwa Tritura tidak terjadi begitu saja. Situasi politik dan ekonomi Indonesia di sekitar tahun 60-an menjadi latar belakang lahirnya tuntuan rakyat ini.

Itu termasuk dampak dari salah satu tragedi paling diingat dalam sejarah Indonesia, peristiwa G30S.

Dalam Buku Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998 (2011) yang diterbitkan Kemenparekraf tertulis bahwa kondisi politik di Indonesia dari tahun 1960 sampai dengan 1965 diwarnai oleh konstelasi tiga kekuatan politik.

Baca Juga: Tersembunyi di Bawah Topeng Emas, Tutupi Kepala dan Bahu Mumi, Inilah Mahkota Emas Tutankhamun, Dirancang untuk Mengamankan Wig Raja Saat Upacara dan Melindungi Dahinya di Akhirat

Baca Juga: Tak Setenar Majapahit, Kerajaan Huristak Justru Tak Tersentuh oleh Penjajah, Bahkan Menjadi Basis Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Tiga kekuatan besar yang berkembang pada saat itu berpusat pada Soekarno, ABRI (Angkatan Darat) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketidakstabilan politik kemudian menyebabkan menurunnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.

Belum lagi kebijakan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia dijauhi negara barat karena sikap anti neokolonialisme dan neoimperialisme menyebabkan posisi Indonesia semakin sulit.

Sikap itu membuat Indonesia akhirnya kehilangan dukungan internasional baik di bidang politik maupun ekonomi.

Puncaknya adalah pada malam 30 September 1965, terjadi sebuah tragedi yang kemudian kita kenal sebagai G30S.

Tragedi itu menyeret PKI sebagai tertuduh pertama, membuat posisi Soekarno sangat dilematis.

Menjelang pergantian tahun, belum ada tindakan pemerintah yang berdampak positif.

Sementara ketidakstabilan politik berdampak pada kondisi ekonomi yang membuat rakyat merasa kesulitan.

Baca Juga: Berencana Adakan Acara Besar? Cek Kalender Jawa Bulan Januari 2022, Lengkap dengan Weton Pasaran hingga Wuku

Baca Juga: Tak Disangka, Modal Air Garam Bisa Membantu Mengurangi Jerawat, Begini Caranya

Terjadi kepanikan hebat di tengah masyarakat ketika berbagai harga kebutuhan pokok melambung tinggi.

Tarif angkutan umum pun naik antara 500 sampai 1.000 persen, begitu juga dengan tarif jasa-jasa lainnya.

Dengan kekacauan yang terjadi, maka muncul demonstrasi besar-besaran dan lahir Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), termasuk agar pemerintah membubarkan PKI.

Kini, 10 Januari diperingati sebagai Hari Tritura. Peristiwa Tritura pun disebut sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.

Baca Juga: 'Hanya Dalam Satu Hari, Saya Kehilangan Martabat dan Agama,' Kesaksian Mantan Napi Penjara Paling Kejam di Iran, Harus Mengais Bekas Makanan Jika Lapar

Baca Juga: 'Gak Ada Progressnya', Perdana Menteri Singapura Julid Terhadap Langkah Pemimpin ASEAN Bawa Perdamaian di Myanmar, Ini Sebabnya Kamboja Dinyinyirin Habis-habisan Setelah Pimpin ASEAN

(*)

Artikel Terkait