Intisari-Online.com -Teknologi Pegasus dari perusahaan siber Israel NSO kembali terjerat kasus dugaan penyalahgunaan teknologi untuk peretasan.
Teknologi Pegasus diduga digunakan untuk memata-matai 35 jurnalis dan pekerja masyarakat sipil di El Salvador.
Hal itu diungkap oleh laporan baru dari The Citizen Lab dan Access Now.
Organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka menemukan 35 ponsel yang telah terinfeksi spyware antara Juli 2020 dan November 2021.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka membagikan sampel data forensik dengan Lab Keamanan Amnesty International yang secara independen mengkonfirmasi temuan tersebut, melansir The Jerusalem Post, Kamis (13/1/2022).
Target spyware tersebut termasuk jurnalis di El Faro, GatoEncerrado, La Prensa Gráfica, Revista Digital Disruptiva, Diario El Mundo, El Diario de Hoy, dan dua jurnalis independen.
Sementara sasaran masyarakat sipil termasuk Fundación DTJ, Cristosal, dan LSM lain.
Mereka mengatakan bahwa peretasan terjadi ketika organisasi-organisasi tersebut melaporkan isu-isu sensitif yang melibatkan pemerintahan Presiden Nayib Bukele.
Salah satunya tentang negosiasi pemerintah tentang "pakta" dengan geng MS-13 untuk pengurangan kekerasan dan dukungan pemilihan.
Bukele mengunjungi Israel pada tahun 2018 ketika dia menjadi walikota San Salvador.
Dia menghabiskan waktu di Tembok Barat bersama dengan walikota Yerusalem saat itu MK Nir Barkat yang memberinya pin logo ibu kota Israel.
Pemerintah di El Salvador membantah keterlibatannya.
Mereka mengatakan kepada New York Times bahwa "sama sekali tidak terkait dengan Pegasus dan bukan klien dari NSO Group."
Laporan baru tersebut muncul dua minggu setelah media Polandia mengklaim bahwa Biro Antikorupsi Pusat negara itu membeli spyware Pegasus untuk meretas ponsel pada tahun 2017, tidak lama setelah perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Perdana Menteri Beata Szydło.
Laporan Citizen Lab adalah tuduhan terbaru yang mengguncang NSO.
Sementara itu, NSO terus mengklaim bahwa produknya hanya digunakan untuk memerangi teroris dan jaringan narkoba.
NSO telah membantah bahwa produknya pernah digunakan secara ilegal.
Kecuali dalam penggunaan sekitar lima kasus di mana NSO mengetahui penyalahgunaan tersebut dan kemudian memutus klien yang bersangkutan dari penggunaan di masa depan.
Terlepas dari penyangkalan NSO, pers buruk yang terus berlanjut di samping larangan yang diberlakukan oleh Departemen Perdagangan AS, telah membuat perusahaan cyber yang dulu kuat itu jatuh bebas.
Baca Juga: Alasan Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim