Intisari - Online.com -Langkah Rusia ke Kazakhstan adalah sebuah kutukan dan anugrah, seperti dikatakan oleh jurnalis Asia Times, Brandon J Weichert.
Memang hal ini terbilang kemampuan tidak diinginkan Rusia yang meluber ke Asia Tengah.
Namun menurut Weichert, cukup lega melihat Rusia melepas fokusnya dari Ukraina.
Banyak yang beranggapan jika pengiriman pasukan Rusia ke Kazakhstan merupakan langkah Rusia untuk membuat dunia meleng dari yang terjadi di Ukraina.
Namun, perlu diketahui jika yang terjadi di Kazakhstan lebih dari pengalih perhatian saja.
Sejak jatuhnya Uni Soviet, pemimpin Kremlin entah itu Boris Yeltsin yang liberal atau Vladimir Putin yang otokrasi, mereka terobsesi dengan kerentanan perbatasan Rusia pasca Perang Dingin.
"Ekspansi ganda" dari NATO dan Uni Eropa ke negara-negara pecahan Uni Soviet di Eropa Timur telah membuat Moskow sangat khawatir sejak 1990-an.
Namun yang lebih bermasalah untuk Kremlin adalah kemungkinan jika mereka kehilangan pengaruh atas Asia Tengah.
Faktanya, para pemimpin Rusia telah sangat khawatir kehilangan pengaruhnya atas Asia Tengah, di mana Kazakhstan yang menjadi gudang energi berada.
Hal ini juga yang menyebabkan Moskow telah mempertahankan sejumlah kesepakatan multilateral sejak runtuhnya Uni Soviet tahun 1991.
Kesepakatan itu antara lain Commonwealth of Independent States (CIS), Central Treaty Security Organization (CSTO), dan Eurasian Economic Union (EAEU) yang diberikan Moskow untuk memastikan jika Asia Tengah tetap ada di cengkeraman mereka.
Kini saat Rusia fokus menggunakan tangan besi mereka di Ukraina timur, tiba-tiba situasi di Kazakhstan telah berubah dari awalnya stabil menjadi sangat tidak stabil.
Merasakan melemahnya diri di panggung dunia di saat kritis akan menjadi bencana bagi strategi besar Rusia, sehingga Putin memerintahkan pasukannya memimpin "perdamaian multinasional" artinya menghentikan kekacauan dan mengembalikan tatanan yang sudah ada.
Gerakan Rusia dimaksudkan mencegah kekuatan asing mencapai pondasi yang telah dilihat para pemimpin Kremlin sebagai jaminan dan kekuasaan Rusia.
Dunia Barat menggunakan pengiriman pasukan Rusia ke Kazakhstan sebagai contoh lain betapa buruknya Rusia bertindak di panggung dunia.
Namun intervensi Rusia ke Kazakhstan tidak benar-benar mengganggu AS menurut Weichert, dan pembagian sumber daya dan fokus selain ke Ukraina juga memberi waktu bagi Eropa untuk memikirkan apa yang mereka ingin lakukan mengenai Ukraina.
Pengkhianatan diam-diam China
Gerakan Rusia ke Kazakhstan sebenarnya adalah upaya Putin mencegah lepasnya negara itu dari Moskow dan jatuh ke China, musuh dalam selimut Rusia.
Lagipula, Asia Tengah merupakan lokasi yang diincar China sejak lama dan akan mereka gunakan menjadi jembatan antara negara mereka sendiri ke pasar Eropa untuk proyek mentereng Belt and Road Initiative.
Agar China berhasil melengkapi program BRI melalui Asia Tengah, China perlu Rusia keluar dari jalan mereka.
Walaupun Putin telah terobsesi dengan kelemahan negaranya sepanjang perbatasan Eropa, ia juga mengawasi kelemahan lebih besar sepanjang belahan Rusia selatan dan timur.
Hal ini karena ia telah khawatir mengenai ancaman ekstrimisme Islam dari teritori dominan Muslim di Asia Tengah dan Timur Tengah (dari selatan Rusia).
Lebih penting lagi, walaupun era perasaan bagus telah berevolusi antara Moskow dan Beijing, sejarah dan geografi tetap membuat dua raksasa Eurasia itu bermusuhan.
Tentu saja, bukan berarti Washington seharusnya mengabaikan masalah antara China dan Rusia.
Tetap saja, jalan menuju persekutuan tidak stabil atau lurus untuk China dan Rusia.
Serta keunggulan militer Rusia yang diturunkan ke Kazakhstan adalah tantangan serius terhadap strategi geopolitik dan geo-ekonomi jangka panjang yang membuat Beijing menghabiskan waktu bertahun-tahun memastikan Rusia tidak akan bangkit lagi untuk menguasai Eurasia.
Hal ini tentu saja tidak diterima dengan baik oleh Rusia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini