Intisari-online.com - Intervensi militer Rusia di Kazakhstan dipandang sebagai hal yang tak terelakkan.
Tetapi Moskow menghadapi risiko terjebak dalam kerusuhan berkepanjangan di negara tetangga itu, karena harus membubarkan pasukannya di banyak bidang.
"Saat ini, intervensi militer Rusia di Kazakhstan dalam skala yang relatif sederhana, setara dengan operasi keamanan konvensional," kata Andrei Kortunov, kepala Dewan Urusan Internasional Rusia (RIAC). "Tetapi jika kampanye itu diperpanjang, konsekuensinya bagi Rusia akan sangat jelas."
3.000 pasukan terjun payung Rusia mendarat di Kazakhstan atas permintaan Presiden Kassym-Jomart Tokayev.
Kazakhstan adalah bagian dari aliansi militer CSTO yang dipimpin oleh Rusia.
Negara memiliki tanggung jawab untuk mengirim pasukan untuk membantu jika negara anggota menghadapi bahaya baik secara internal maupun eksternal.
Selain Rusia, anggota CSTO seperti Armenia, Belarusia, Kirgistan, dan Tajikistan juga mengirimkan pasukan ke Kazakhstan.
Tokayev mengatakan negara-negara sekutu perlu membantu Kazakhstan menghadapi "ancaman teroris", setelah gelombang protes memicu kerusuhan nasional.
Pada 1 Januari, kerusuhan menyebabkan 30 pengunjuk rasa dan 18 personel keamanan tewas. Jumlah korban luka diperkirakan mencapai 1.000 orang.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR