Penulis
Intisari - Online.com -Militer Amerika Serikat (AS) tidak dipungkiri adalah militer paling kuat sedunia.
Namun banyak yang beranggapan jika kemampuan mereka lambat laun akan menurun, dan saat ini sudah merupakan waktu penurunan kemampuan itu.
Hal ini seperti dikatakan pendiri kontraktor militer swasta di AS, Erik Prince.
Erik Prince mendirikan kontraktor militer swasta Blackwater.
Melansir Asia Times, Prince khawatir mengenai kemampuan AS yang terus-menerus turun dalam konflik modern.
Padahal kemampuan inilah yang bisa menahan peperangan akibat konflik di dalam negeri sebelum meluas jadi konflik negara.
Sementara CIA secara efektif menangani perang proksi pada 1970-an dan 1980-an menggunakan aset non-negara, Prince mengenali musuh AS kini merupakan pemain lebih efektif di "papan catur zona abu-abu" yang lebih unggul dari AS.
Bidak dalam permainan ini termasuk aset-aset yang tidak disangkal sangat berguna seperti tentara militan Moskow dan Beijing.
Tentara militan Moskow ini aktif di Krimea, Ukraina, Suriah dan tempat-tempat lain Rusia mengirim mereka.
Sedangkan militan Beijing aktif di Laut China Selatan dan Laut China Timur.
Militan Moskow dikenal juga sebagai Little Green Men, sedangkan militan Beijing disebut Little Blue Men.
"China dan Rusia telah menggunakan kemampuan hibrida untuk terus-terusan menambah tekanan yang bisa mereka masukkan dan pengaruh yang bisa mereka panen, sementara masih memperhatikan respon oleh AS," ujarnya.
"Hal itu merupakan penggunaan kemampuan hibrida yang efektif dan sampai AS bisa lebih pintar dan lebih sinkron merespon hal-hal ini, model kebijakan luar negeri tersebut akan, kurasa, terus dieksploitasi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Partai Komunis China."
Dari Rusia, tanpa cinta
Kontraktor militer swasta paling terkenal di Rusia saat ini terlibat dalam aktivitas "di bawah ambang" ini.
Wagner Group atau Gruppa Wagnera dinamakan dari nama pejuang dari pendiri Rusia dan sebaliknya, pencipta berbagai operasi peperangan, Richard Wagner.
Kontraktor ini "dapat secara efektif memperluas jangkauan kebijakan luar negeri yang diarahkan negara Rusia sementara beroperasi sebagai entitas komersial. Mereka bukan tentara langsung di bawah pemerintah," ujar Prince.
Wagner adalah salah satu kontraktor militer swasta paling berbahaya di muka bumi, dengan jurnalis yang berupaya meliputnya menghadapi nasib yang buruk.
Desember ini Uni Eropa memberi sanksi kepada Wagner Group atas pelanggaran HAM.
Prince mengatakan firma ini efektif dan jangkauannya luas, baik secara geografis maupun secara operasional.
Mengutip kehadiran Wagner baik di Afrika utara dan sub-Sahara, Prince mengatakan, "mereka menyediakan berbagai jasa."
Sementara kemampuan serba bisa mendorong pendanaan dan arah mereka, biasanya mereka beroperasi di lokasi dengan sumber daya yang kaya.
"Tentara-tengara Wagner melakukan perusahaan pencari sumber daya. Aku tidak tahu persisnya apakah mereka memiliki pendana dari suatu negara, tapi mereka mungkin memiliki kontrak pemerintah di sini dan di sana," ujar Prince.
"Namun ketika mereka pergi ke Republik Afrika Tengah atau ke Mozambik, atau ke Suriah, mereka mencari hidrokarbon, mereka mencari emas, mereka mencari mineral."
Mereka dicurigai dengan kuat oleh media jika Wagner juga terlibat dalam aktivitas di republik Donbass, Rusia, yang telah memisahkan diri dari pemerintah Kiev.
Donbass terkenal karena kaya dengan batubara.
Namun, perebutan sumber daya potensial di Suriah-lah yang menuntun pada terkuaknya Wagner oleh media berita.
Terjadi ketika Wagner Group dengan sangat tidak biasa mencari tahu di atas ambang yang mereka sepakati, memicu respons AS.
Pada Februari 2018, sebuah kelompok tempur dari pasukan pro-Damaskus, dilengkapi dengan senjata dan baju perisai, dan dipimpin atau diatur oleh kontraktor Wagner, berhasil menguasai ladang minyak di dekat Khasam, di Eufrat.
Area itu dipegang oleh Pasukan Demokrasi Suriah, didukung oleh AS.
Dalam pertempuran yang mengikuti, serangan udara AS menghancurkan penyerangnya.
Sejumlah kontraktor Rusia yang terbunuh tidak diketahui; perkiraannya adalah dari 10 sampai ratusan.
"Mereka mengejar ladang minyak yang telah memproduksi sampai 400.000 barel sehari. Mereka ingin menguasai produksi minyak itu lalu menjualnya," tuduh Prince.
"Ada beberapa tentara Pasukan Operasi Khusus AS di pangkalan itu, dan mereka tidak meninggalkan lokasi itu. Mereka menghajar mereka habis-habisan."
Ketegangan langka itu tidak pernah terulang lagi. Namun, operasi melawan Barat dari Rusia tidak terbatasi oleh pasukan Wagner saja, dan aktivitas-aktivitas mencurigakan ini membuat nilai dolar naik.
"Ketika Anda mencari sumber serangan yang terjadi mewabah di AS, dan Barat, sekitat 60% darinya terlacak kembali ke alamat IP di Rusia," ujarnya.
"Secara efektif, Rusia bertingkah laku seperti pelabuhan bajak laut misterius yang tua, Tortuga, di mana para bajak laut akan kembali untuk penyediaan ulang," papar Prince.
"Anda punya geng hacker yang beroperasi dari sana, yang memanen puluhan juta dolar dengan melebarkan wabah perang di Barat."
Berargumen jika "Barat telah lambat dalam hal perlindungan diri mereka sendiri dan mencegah serangan nyata semacam itu," ia mengutip pembobolan sukses dari keamanan siber dan jaringan energi: "Litani itu panjang dan berkelanjutan."
Namun apakah ini merupakan operasi perang hibrida atau hanya kejahatan siber?
"Serangan hacker siber seperti ini pada beberapa kasus mungkin didukung atau didorong oleh sebuah negara, tapi di berbagai kasus, mereka hanyalah kriminal beroperasi dalam area abu-abu tanpa aturan," ujar Prince mengakuinya.
Meski begitu, risiko militer adalah nyata dan Pasukan Bersenjata AS mungkin tidak menangani mereka secara efektif.
Dalam pengunduran diri terkenal September lalu, kepala perangkat lunak Angkatan Udara pertama AS, Nicolas Chaillan, berhenti.
Menurut publikasi Angkatan Udara AS, ia frustrasi dengan ketidakefektifan birokrasi dan silo membagi wilayah yang berbeda dari angkatan bersenjata.
"Ia mengatakan, 'Kita sedang kalah, kita telah kalah, kita tidak akan maju ke depan, dan saya berhenti'," Prince menceritakan ulang.
"Itu merupakan pernyataan cukup kuat dan memukau."
Perubahan yang belajar dari militer ke sektor swasta, Prince menambahkan, "Organisasi besar harus ada dalam permainan mereka, dan mereka membutuhkan sektor swasta. Mereka tidak akan bergantung pada pemerintah."
Sementara Prince khawatir mengenai memberi julukan firma keamanan siber sebagai kontraktor militer swasta, ketika membahas penggunaan serangan kemampuan siber, ia juga menuding Pasifik.
Kekuatan China
"China adalah kekuatan lain yang sangat kuat dan efektif dengan serangan siber mereka untuk mencuri kekayaan intelektual dari kontraktor pertahanan," ujarnya. Ia menambahkan, "Atau teknologi apapun."
Sementara industri AS telah lama meratapi pencurian IP China, Chaillan setelah mengundurkan diri memperingatkan AS jika China sudah memenangkan perlombaan AI, perlombaan yang konsekuensinya melampaui ruang industri dan ke arena keamanan.
Chaillan mengatakan kepada Forbes jika konvergensi fisik dan virtual "adalah medan pertempuran pertahanan berikutnya bagi AS dan China dalam 10 tahun ke depan."
China telah berhasil tidak hanya dalam perlombaan teknologi, tapi juga menangkap medan, terutama di Laut China Selatan.
China sudah melancarkan pasukan bergaya kontraktor militer swasta di sana, yaitu "Militan Maritim".
"Sementara Beijing mengatakan, 'Itu hanyalah armada penangkap ikan!' kenyataannya, pasukan itu di bawah kendali Partai Komunis China atau Tentara Pembebasan Rakyat," ujar Prince.
"Mereka menggunakannya untuk menangkap dan menduduki pulau milik Filipina dan kurasa hal itu merupakan uji coba apa yang akan mereka lakukan di beberapa pulau-pulau Taiwan yang lebih kecil, untuk melihat ambang respon AS seperti apa nantinya."
Ia memperingatkan jika pasukan-pasukan inilah yang malah justru tidak bisa dikalahkan AS yang sudah menyiapkan kapal selam nuklir untuk melawan China.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini