Intisari - Online.com -Perancis dulunya merupakan negara yang pecah karena agama dan perang sipil ketika Marie de Medici menikahi Raja Henry IV di tahun 1600.
Pernikahan itu merupakan salah satu pernikahan kerajaan paling tidak bahagia sepanjang sejarah.
Haus kekuasaan, Marie de Medici menonton dari balik layar bertahun-tahun ketika suaminya berusaha mengendalikan sebuah negara yang akan hancur dari dalam.
Ia menonton dan menunggu waktunya untuk menyerang.
Setelah 10 tahun pernikahan, Marie de Medici akhirnya dinobatkan menjadi Ratu Perancis atas haknya sendiri.
Hari berikutnya suaminya dibunuh, dicurigai oleh seorang pendeta fanatik, dan Marie pun mengambil alih kerajaan untuk dirinya sendiri.
Ia menguasai Perancis dengan tangan besi dan membuat banyak orang memusuhinya.
Tidak seperti ratu lain, Marie bukanlah sosok berdarah biru dari lahir dan posisinya rentan.
Ratu janda itu pergi ke perang melawan keinginan anaknya untuk naik tahta, dan saat itu ia yakin ia bisa memenangkan kekuasaan itu.
Namun ternyata keyakinannya salah.
Ia mengakhiri hari-hari terakhirnya sebagai seorang wanita pengemis miskin yang menggantungkan hidupnya kepada pelukis Peter Paul Rubens.
Marie de Medici sampai diasingkan oleh anaknya sendiri.
Melansir Encyclopedia, kehidupan tragis dan dramatis Marie de Medici tidak jauh dari para pria-pria kuat, termasuk ayahnya dan pamannya, adipati agung Tuscany Francesco I de Medici dan Ferdinand I de Medici; kemudian suaminya Raja Henry IV dari Perancis; menteri Perancis yang cerdik, Kardinal Richelieu; dan juga putranya, Raja Perancis Louis XIII.
Masa kecilnya di Italia jauh dari bahagia.
Anak bungsu dari empat bersaudara, dia berusia lima tahun ketika ibunya Joanna dari Austria meninggal, dan dia dikirim bersama saudara laki-laki dan perempuannya untuk tinggal di Istana Pitti yang megah di Florence.
Segera setelah kematian ibunya, ayahnya, yang kemudian menjadi adipati agung, menikahi gundiknya, Bianca Cappello.
Menurut penulis biografi Marie de Medici Louis Battifol, Marie tidak pernah melupakan penghinaan karena dipaksa untuk mengambil pelajaran dengan Antonio, anak haram ayahnya.
Pada tahun 1583, dia berusia sepuluh tahun ketika saudara laki-laki satu-satunya meninggal, diikuti tahun berikutnya oleh saudara perempuannya yang berusia 15 tahun, Caterina; pada tahun yang sama saudara perempuannya yang lain, Eleonora de Medici (1567–1611), pergi untuk menikah dengan adipati Mantua.
Kehidupannya juga dipenuhi bencana alam, dua kali kerajaan tempatnya tinggal dihancurkan oleh gempa bumi dan petir menyambar kamar tidurnya tiga kali.
Bertahun-tahun lamanya, kebahagiaan hanya ia rasakan dari Leonora Galigai, seorang gadis lebih muda tiga tahun dari Marie dengan kecerdasan yang cepat dan keinginannya untuk memuaskan Marie de Medici, yang bisa membuat sang putri tertawa.
Sama-sama terasingkan di dunia yang tidak bersahabat, keduanya dengan cepat menjadi teman dekat, tapi Marie de Medici tidak sadar jika persahabatan ini akan sangat berdampak pada bencana di masa depan.
Ayahnya, Adipati Agung Fransesco meninggal di kala Marie de Medici berusia remaja.
Karena tidak adanya pewaris laki-laki yang sah, Kardinal Ferdinand, paman Marie, mengambil gelar keluarga di Tuscany dan menikah dari Christine dari Lorraine, cucu Ratu Perancis Catherine de Medici.
Bibi baru Marie berusia 2 tahun lebih tua dan mereka segera menjadi teman baik dan istana yang dulunya bagaikan penjara berubah menjadi istana yang meriah, memberikan kebahagiaan dan kasih sayang untuk Marie de Medici.
Kardinal Ferdinand mulai mengatur pernikahan terbaik untuk Marie de Medici, yang berlangsung selama 13 tahun dengan sulit.
Ferdinand tidak memaksa Marie untuk menikah di luar kehendaknya, tapi banyak yang menyebut Leonora Galigai yang kelewat ambisius membuat Marie bertahan untuk menikah dengan sosok raja.
Akhirnya di usia 27 tahun ia menikah dengan Henry IV dari rumah Navarre, dan walaupun banyak yang mengatakan Marie de Medici bodoh, ia cantik, sehat dan subur, sesuatu yang dicari Henry IV karena pernikahan pertamanya dengan Margaret dari Valois dibatalkan akibat belum bisa memberikan pewaris tahta.
Henry IV juga sudah terkenal memiliki banyak gundik dan ada satu gundik yang hendak ia nikahi, tapi saat itu pemerintahan Kerajaan Perancis menunggang utang yang luar biasa banyak yang hanya bisa dibayar oleh kekayaan Ferdinand, yang pendapatannya menyamai hampir seluruh pendapatan Perancis.
Akhirnya untuk pertama kalinya, Marie de Medici mendapatkan perhatian yang ia inginkan dan perayaan dilaksanakan selama 10 hari berturut-turut, salah satu yang menyaksikannya adalah Peter Paul Rubens, pelukis yang bekerja untuk saudara ipar Marie, adipati Mantua.
Gundik Henry IV
Gundik Raja Henry IV yang sudah akan dinikahinya, Henriette d'Entragues, pada suatu acara resmi diperkenalkan kepada Marie de Medici dan Henry IV mengatakan, "Mademoiselle telah menjadi nyonya saya. Dia akan menjadi pelayan Anda yang paling patuh."
Ia kemudian meletakkan tangan di kepala Henriette, mendorongnya untuk berlutut dan memaksanya mencium ujung gaun ratu.
Sejak saat itu walaupun keduanya melahirkan keturunan Henry IV dalam waktu yang bersamaan, keduanya tidak bisa menjadi teman.
Marie de Medici terbukti memang subur dan segera melahirkan banyak keturunan untuk Henry IV, sayangnya anak gundik Henry IV juga dibesarkan di istana, membuat Marie yang cinta kepada Henry IV membenci keputusannya.
Anak pertama Marie de Medici dan Henry IV, Louis XIII, juga tidak terlalu dekat dengan saudara-saudara tirinya.
Dari kelima anak Marie de Medici, ketiga putrinya berhasil ia nikahkan dengan posisi dan gelar yang baik: Elizabeth Valois menikah dengan Philip IV dari Spanyol, Christine dari Perancis dengan Victor Amadeus I, adipati Savoy, sedangkan Henrietta Maria dengan Charles I, raja Inggris.
Namun, Marie de Medici selalu ketakutan di istana Perancis, hal ini karena suaminya menjadi musuh para ekstremis fanatik agama dan kelas pekerja, sedangkan ketakutannya sendiri adalah dendam Henriette d'Entragues yang masih menunggu agar Henry IV menikahinya, sehingga Marie de Medici mulai takut akan ancaman bagi suksesi kerajaan dan jika suatu saat posisinya digulingkan.
Ia mulai terobsesi dengan penobatan resmi, yang datang pada tahun 1610 ketika Henry IV melakukan kampanye militer dan membuatnya meninggalkan ibu kota.
Selama ketidakhadirannya, Marie akan ditunjuk untuk bertindak sebagai wali, tetapi sebelum kepergiannya dia berusaha untuk mengamankan posisinya lebih kuat melalui upacara yang disucikan.
Henry setuju, tetapi dengan enggan, merasa bahwa peristiwa itu mungkin membawa nasib buruk baginya.
Penobatan berlangsung pada tanggal 13 Mei 1610. Keesokan harinya, Henry IV tampak dipenuhi firasat, dan sebelum meninggalkan istana dia berulang kali mencium ratu, menanyakan beberapa kali apakah dia harus pergi.
Dia sedang dalam perjalanan, dan melewati jalan sempit, ketika seorang fanatik agama yang merasa bahwa Henry terlalu lunak terhadap Protestan melangkah keluar dan menikamnya.
Setelah jenazah Henry IV dikembalikan, segera saja Parlemen telah bertemu untuk mendeklarasikan raja baru Perancis, Louis XIII yang baru berusia 9 tahun.
Saat bertemu dengan Parlemen, ada yang mengatakan Marie de Medici sudah menunggu saat ini sepanjang hidupnya, dan bahwa meteran kain krep hitam yang dia kenakan meningkatkan penampilannya yang bercahaya.
Yang lain menggambarkannya sebagai orang yang benar-benar hancur ketika dia berbicara kepada Parlemen dengan raja kecil di sampingnya.
Jika biasanya Marie de Medici bosan menghadiri sesi Parlemen dengan Henry, kini tampak sukarela mengikutinya dan mau membuat keputusan serta melanjutkan kebijakan Henry.
Saat itu ia tampak pintar dan diakui oleh Parlemen, hanya saja jika ia lebih pintar, ia seharusnya tahu pengkhianatan yang dilakukan oleh Leonora Galigai, yang telah menemaninya ke istana Perancis, serta suami Leonora, Concino Concini.
Concino Concini berlomba-lomba menjadi penguasa virtual Perancis, dan ia menikah dengan Leonora Galigai untuk menggabungkan keserakahan, ambisi, kelicikan dan kurangnya keraguan, pasangan itu membentuk tim yang mematikan.
Henry IV telah melihat ancaman itu dengan cukup baik untuk mencoba mengusir mereka, tetapi Marie dengan keras kepala terus mendukung mereka dan memberikan uang dan jabatan untuk mereka.
Kas negara dihabiskan Cincino Concini dan istrinya dan akhirnya posisi Ratu semakin tersudut.
Sebagai raja selanjutnya, Louis XIII sadar posisinya lebih kuat dari posisi ibunya, dan melihat ibunya buta terhadap Concino Concini, Louis XIII mengirimkan elang raja, Charles d'Albert de Luynes untuk membunuh Concini.
Istrinya ditangkap atas sihir dan dieksekusi dengan guillotine, tapi Louis XIII juga memerintahkan ibunya untuk menjadi tahanan rumah karena memaksanya menikah dengan Anne dari Austria yang tidak ia sukai.
Ia melarikan diri dengan bantuan dua pria lalu kembali ke istana tanpa gentar dengan menggelar pameran seni yang dibantu oleh Peter Raul Rubens.
Setelah de Luynes meninggal, Louis XIII bekerja dengan Richelieu yang dulunya merupakan delegasi baru dari pendeta, yang juga menjadi tokoh penengah Louis XIII dan Marie de Medici.
Louis XIII berhasil membuat Richelieu memihaknya, bukan memihak Marie de Medici lagi, dan akhirnya Marie de Medici diasingkan dari semua urusan negara.
Dibuang kedua kalinya, Marie de Medici melarikan diri dengan menunggangi kuda di usia 58 tahun mencari perlindungan di Belanda da Spanyol.
Begitu terasing, ia bahkan tidak tahu mengenai kelahiran Louis XIV di masa depan, yang akan menjadi raja terakhir Kerajaan Perancis bersama ratunya, Marie Antoinette.
Marie de Medici meninggal dalam kemiskinan di usia 67 tahun di Cologne, di sebuah rumah yang diberikan oleh Rubens untuknya.
Sayang sekali, harta terakhirnya, burung beo peliharannya, diberikan kepada Richelieu, pria yang sudah ingin ia bunuh dengan perencanaan matang selama tahun-tahun terakhir hidupnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini