Naik Takhta Gantikan Ibunya Jelang Bencana Kelaparan, Inilah Suhita Ratu di Kerajaan Majapahit, yang Balaskan Kematian Sang Kakek Karena Perang Paregreg

K. Tatik Wardayati

Penulis

Dyah Suhita, ratu kerajaan Majapahit.

Intisari-Online.com – Dari Kitab Pararaton, dijelaskan bahwa Prabu Stri Suhita adalah ratu Majapahit yang memerintah tahun 1429-1447.

Dia memerintah bersama suaminya yang bernama Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja.

Namun, dalam Kitab Pararaton, tidak disebutkan secara jelas nama ibu Suhita.

Hanya saja silsilah Suhita muncul sebelum pemberitaan Perang Paregreg.

Baca Juga: Paksa Gajah Mada Gunakan Cara 'Culas' saat Niat Busuknya Jalin Hubungan Sedarah Terendus, Inilah Jaya Negara, Raja Majapahit yang Meregang Nyawa Usai Lecehkan Seorang Wanita

Jadi, terkesan, seolah-olah Suhita sudah lahir dan menikah dengan Ranapangkaja sebelum pernah terjadi.

Menurut Kitab Pararaton, Ranapangkaja bingung harus memihak kepada siapa ketika terjadi perang, namun karena sudah menikahi Suhita tentunya ia memihak Wikramawardhana.

Kitab Pararaton tidak secara tegas menyebutkan kalau ibu Suhita adalah putri Bhre Wirabhumi.

Rupanya, penulis Kitab Pararaton mengabaikan urutan peristiwa secara kronologis, seperti pemberontakan Ranggalawe disebut terjadi tahun 1925, namun baru diberitakan setelah Jayanegara naik takhta pada 1309.

Baca Juga: Dikelilingi oleh Menara Berbentuk Lebih Kecil yang Pancarkan Air, Istana Menantu Raja Majapahit Ini Ditemukan Terletak di Sisi Timur Ibu Kota Kerajaan

Setelah Bhre Wirabhumi, ada tiga tokoh yang menjabat Bhre Daha.

Tokoh pertama adalah ibu angkat Bhre Wirabhumi yang wafat sebelum perang meletus.

Menurut Kitab Negarakertagama, Bhre Wirabhumi dinikahkan dengan Nagarawardhani, cucu Rajadewi.

Itu berarti Bhre Daha yang pertama dipastikan adalah Rajadewi, putri bungsu Raden Wijaya.

Dari perkawinan Bhre Wirabhumi lahir seorang putri yang kemudian menjabat sebagai Bhre Daha sepeninggal Rajadewi.

Bhre Daha kedua inilah yang diboyong oleh Wikramawardhana setelah perang Paregreg dan meninggal sebelum peristiwa bencana kelaparan terjadi tahun 1426.

Sementara, Bhre Daha ketiga adalah Suhita yang naik takhta menggantikan Wikramawardhana dan menghukum mati Raden Gajah, yang membunuh Bhre Wirabhumi dalam Perang Paregreg.

Suhita alias Bhre Daha ketiga naik takhta pada tahun 1429, ketika usianya diperkirakan sekitar 20-an.

Menurut Kitab Pararaton, suami Suhita, Parameswara, bernama asli Aji Ranapangkaja.

Baca Juga: Mulai dari Kerajaan Kutai Hingga Majapahit, Inilah Peninggalan Sejarah Hindu dan Buddha di Indonesia yang Tersebar dari Ujung Timur Hingga Barat

Suhita memerintah Kerajaan Majapahit didampingi oleh Ratnapangkaja yang bergelar Bhatara Parameswara.

Pada tahun 1433, Suhita membalas kematian Bhre Wirabhumi dengan cara menghukum mati Raden Gajah alias Bhre Narapati.

Dari kisah tersebut, maka jelaslah bahwa Bhre Wirabhumi dan Suhita adalah kakek dan cucu, meskipun tidak tegas disebut dalam Kitab Pararaton.

Pada tahun 1437, Bharata Prameswara Ratnapangkaja mangkat.

Menyusul sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1447, Suhita pun mangkat.

Untuk menghormati pasangan suami istri tersebut, keduanya dibuatkan candi bersama di Singhajaya.

Sayangnya, karena tidak memiliki putra mahkota, takhta Suhita pun digantikan oleh adiknya, yaitu Dyah Kertawijaya, sebagai raja Majapahit selanjutnya.

Baca Juga: Mulai dari Kerajaan Kutai Hingga Majapahit, Inilah Peninggalan Sejarah Hindu dan Buddha di Indonesia yang Tersebar dari Ujung Timur Hingga Barat

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait