Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) dan China dikenal saling bermusuhan.
Sebab dua negara adidaya itu berlomba menjadi negara terkuat tidak hanya soal militer tapi juga ekonomi.
Dan Amerika Serikat (AS)danChinapunya beberapa sekutu yang dipercaya.
China contohnya yang bersekutu dengan Rusia dan Korea Utara.
Sementara AS memiliki beberapa negara sekutu seperti Inggris, Jepang, hingga Israel.
Untuk Israel, baru-baru ini ada masalah yang melibatkan Israel dan China.
Apa yang terjadi dengan negara sekutu AS tersebut?
Dilansir dari jpost.com pada Jumat (7/1/2022), tiga perusahaan Israel didakwa mengekspor rudal jelajah ke China tanpa izin.
Tiga perusahaan Israel dan 10 tersangka didakwa pada hari Senin setelah mereka ditemukan telah mengekspor rudal jelajah ke China tanpa izin.
Itu jelas masalah besar. Sebab China adalah musuh bebuyutan AS dan Israel adalah sekutu AS.
Pada akhirnya semua tersangka didakwa atas banyak tuduhan.
Di antaranyatuduhan melakukan pelanggaran keamanan, pelanggaran di bidang senjata, pelanggaran di bawah Undang-Undang Pengendalian Ekspor Pertahanan, pelanggaran di bawah Undang-Undang Anti Pencucian Uang dan banyak lagi.
Ephraim Menashe, pemilik perusahaan Solar Sky, yang memproduksi rudal jelajah,diketahui menengahi kesepakatan dengan entitas dari China yang bersaing dalam tender untuk menyediakan rudal jelajah kepada militer China.
Kesepakatan itu dimediasi oleh Zion Gazit dan Uri Shachar, pemilik perusahaan konsultan keamanan, yang menangani konsultasi dan mediasi antara investor asing dan perusahaan teknologi Israel.
Menashe juga mempekerjakan Zvika dan Ziv Naveh, pemilik Innocon, yang memproduksi UAV untuk tujuan intelijen.
Menashe bahkan juga merekrut orang lain yang bekerja untuk memproduksi rudal jelajah dan semua bagiannya.
Para tersangka memproduksi lusinan rudal jelajah dan melakukan sejumlah tes dengan mereka di wilayah Israel.
Dan menurut Jaksa Negara, itu membahayakan kehidupan manusia, khususnya rakyat Israel.
Rudal-rudal tersebut lalu dipindahkan ke China secara tersembunyi dan Menashe menerima jutaan dolar sebagai imbalan yang ia samarkan sebagai bagian dari hubungannya dengan perusahaan asing.
Senjata-senjata itu pada akhirnya tidak digunakan oleh militer China.
Kasus ini sedang diselidiki oleh Unit Investigasi Kejahatan Internasional di organisasi Polisi Israel Lahav 433.
Pada bulan Februari, lebih dari 20 orang Israel diinterogasi oleh Shin Bet dan polisi Israel atas kecurigaan bahwa mereka mengembangkan, memproduksi, dan memperdagangkan senjata ilegal dengan sebuah negara di Asia.
Penyelidikan juga menemukan bahwa para tersangka menerima perintah operasional dari orang-orang yang terikat dengan negara asing ini, dan menerima uang dan keuntungan lainnya sebagai imbalannya.