Intisari-Online.com - Ketika Joe Biden pertama kali dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), para ahli memperkirakan bahwa ia akan mengurangi penumpukan dana senjata nuklir yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump.
Selama kampanyenya,Joe Biden bahkan menganjurkan kebijakan "tidak boleh digunakan pertama kali".
Ini berarti bahwa AS seharusnya hanya mempertimbangkan untuk menyerang target dengan senjata nuklir sebagai pembalasan atas serangan nuklir.
Bukannya sebagai negara yang melakukan serangan terlebih dahulu.
Namun, sejak menjadi Presiden AS di awal tahun 2021 lalu, Biden telah menghadapi tantangan signifikan dari Rusia dan China.
Hal ini lantas memaksanya untuk memikirkan kembali kebijakan nuklir AS.
Apalagi Rusia di manaPresiden Rusia Vladimir Putin tampaknya siap untuk menyerang Ukraina saat 100.000 tentara telah turun ke perbatasan Rusia-Ukraina.
Pata intelijen AS telah berbagi informasi dengan sekutunya. Bahwa Putinmungkin siap untuk mewujudkan ambisi semi-imperial Rusia pada awal tahun ini.
Tetapi mereka belum menyimpulkan dengan tepat kapan atau apakah dia dapat memberikan perintah untuk menyerang.
Sementara itu, China telah membangun kehadiran militer di Laut China Selatan dan telah berulang kali mengklaim bahwa mereka harus memiliki Taiwan.
Pesawat tempur China bahkan telah melakukan hampir 1.000 serangan ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwanselama tahun 2021, menurut Bloomberg.
Pada bulan Oktober 2021, Menteri Pertahanan Taiwan mengklaim bahwa pada tahun 2025, China akan mampudan mudah meluncurkan invasi skala penuh.
Ancaman-ancaman ini berarti bahwa banyak dari kebijakan nuklir era Trump yang diharapkan akan dibatalkan oleh Presiden Biden mungkin akan berbalik arah.
Di mana pemerintahan Biden diharapkan untuk menyelesaikan apa yang disebut tinjauan postur nuklir.
Seperti meninjau jumlah, jenis, dan tujuan senjata dalam persenjataan nuklir, serta kebijakan yang mengatur potensi penggunaannya.
Menurut Associated Press, hasilnya dapat diumumkan pada awal Januari 2022 ini.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Selasa (4/1/2022),China, Rusia, Inggris, AS, dan Prancis telah sepakat bahwa senjata nuklir dan perang nuklir harus dihindari, menurut pernyataan bersama oleh lima negara nuklir di Dewan Keamanan PBB, yang diterbitkan oleh Kremlin pada hari Senin.
Versi bahasa Rusia dari pernyataan itu berbunyi: "Kami menyatakan tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir. Perang itu tidak boleh dimulai."
Tapi bagaimana dengan sekarang? Akankah perang nuklir terjadi?