Penulis
Intisari-Online.com - Persaingan antara Amerika Serikat dan China semakin memanas.
Ini semua karenaAmerika Serikat dan China ampaknya memasuki skenario perang dingin baru.
Apa yang terjadi dengankedua negara adidaya itu?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Minggu (2/1/2022), kedua negara mengembangkan senjata yang sangat canggih.
Perlombaan senjata itu terus dilakukan agar bisamendominasi kawasan Indo-Pasifik.
Namun nampaknya AS masih belum bisa menandingi China.
Ya, China ternyata berhasil mengalahkan ASdalam hal pengembangan rudal hipersonikbaru yang menakutkan.
Pengembangan senjata itu terjadi hanya empat bulan setelah China membantah laporan bahwa mereka juga telah menguji rudal hipersonik berkemampuan nuklir.
Saat itu, mereka mengklaim proyektil yang telah mengelilingi seluruh planet adalah pesawat ruang angkasa.
Tapi para peneliti dari National University of Defense Technologytelah mengonfirmasi bahwa itu kemungkinan rudal hipersonik.
Ini berdasarkan caramengunci target serta cara terbang di ketinggian rendah di mana udara lebih tebal.
Berarti rudal tersebut dapat mencapai target termasuk kendaraan yang bergerak di jalan dengan akurasi dan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini menurut penelitian yang dikutip oleh South China Morning Post.
Membual tentang kemampuan itu, Profesor Yi Shihe menulis dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Jurnal Pertahanan Udara dan Luar Angkasa China yang mengatakan bahwa China telah membuat serangkaian terobosan teknologi inti yang terbukti efektif dalam pengujian.
"Dengan senjata serangan presisi hipersonik yang efektif, nilai kritis 'kedalaman strategis' dalam peperangan tradisional tidak akan ada lagi," ungkapProfesor Yi Shihe.
"Semua aset politik, ekonomi, dan militer yang penting dari suatu negara akan berisiko."
Senjata hipersonik generasi pertama dirancang untuk menembus sistem pertahanan rudal dan mencapai target tetap di darat dengan kecepatan lima kali kecepatan suara atau lebih cepat.
Meskipun China dan Rusia telah mengerahkan beberapa rudal hipersonik, pendapat populer di tempat lain adalah bahwa senjata ini memiliki nilai praktis yang kecil kecuali jika suatu negara ingin memulai perang nuklir.
Menurut Angkatan Udara AS, sekitar 90 persen dari semua pesawat yang hilang sejak tahun 1980-an ditembak jatuh dengan rudal pencari panas.
Dan pesawat tempur siluman seperti F-22 juga bisa menjadi target karena bahan pelapisnya mudah memanas di udara.
Seorang peneliti militer China mengatakan pada konferensi akademis pada tahun 2020 bahwa rudal hipersonik darat-ke-udara dapat mengejar dan menghancurkan F-22 dalam hitungan detik jika ia menembakkan rudal atau menjatuhkan bom dari jarak dekat.
Keunggulan rudal hipersonik China terlihat dari inframerahnya yangtelah digunakan dalam sejumlah penerbangan uji coba.
Padahal sebelum China menggunakan teknologi itu,pemerintah dan militer AS lebih dulumenginvestasikan teknologi ini pada1980-an dan 90-an.
Khususnya menginvestasikan sejumlah besar sumber daya dalam pengembangan teknologi pelacak inframerah berkecepatan tinggi yang digunakan untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal seperti sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).
Namun, sensor panas ini hanya bekerja di udara tipis di ketinggian.