Intisari-Online.com - Baru-baru ini, China melampiaskan kemarahannya kepada PBB.
Ini semua karenaaktivitas luar angkasa Elon Musk yangmenurut China bisa menyebabkan bahaya bagiumat manusia.
Selain itu,Kementerian luar negeri China menuduh Amerika Serikat (AS) "mengabaikan" kewajiban Perjanjian Luar Angkasa.
Oleh karenanya, mereka telah mendesak AS untuk bertindak secara bertanggung jawab di luar angkasa.
Memang apa yang terjadi sebenarnya?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (29/12/2021), Beijing sangat marah atas dua laporan "pertemuan dekat" dengan satelit Starlink milik Elon Musk.
Dua peristiwa itu terjadi pada 1 Juli dan 21 Oktober 2021.
Dikatakan akibat kejadian itu, pesawat ruang angkasa China dipaksa untuk melakukan manuver penghindaran untuk menghindari tabrakan.
Dalam sebuah surat yang dikirim ke PBB, China mengatakan bahwa untuk kedua kalinyaanggota awak di kapal ruang angkasa China mengalami marabahaya.
Kronologinya seperti ini.
CSS Tiangong telah berada di orbit hampir melingkar pada ketinggian sekitar 390 km pada kemiringan orbit sekitar 41,5 derajat sejak diluncurkan pada 29 April 2021.
Dari 16 Mei hingga 24 Juni 2021, satelit Starlink-1095 mempertahankan penurunan yang stabil dari orbit aslinya di ketinggian 555 km menjadi sekitar 382 km.
Hal inilah yang menimbulkan risiko potensi tabrakan.
CSS dilaporkan terpaksa mengambil tindakan darurat pada 1 Juli ketika kedua pesawat ruang angkasa itu bertemu.
Satelit lainnya, Starlink-2305, juga terus mengubah orbitnya pada bulan Oktober dengan strategi manuver yang "tidak diketahui" dan kesalahan orbital yang tidak dapat diakses.
Dan sekali lagi, China mengatakan pihaknya terpaksa mengambil tindakan untuk mengelak lagi.
Dalam protesnya, Chinamengutip pasal VI dari Perjanjian Luar Angkasa, yang ditandatangani oleh semua negara penjelajah antariksa di dunia dan menjadi dasar hukum antariksa internasional.
Pasal VI menyatakan: “Negara-negara Pihak pada Traktat harus memikul tanggung jawab internasional atas kegiatan nasional di luar angkasa."
"Termasuk bulan dan benda-benda langit lainnya, baik kegiatan tersebut dilakukan oleh badan-badan pemerintah atau oleh badan-badan non-pemerintah."
"Dan untuk menjamin bahwa kegiatan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Traktat ini.”
Terakhir, China mengecam aktivitas ruang angkasa miliarder Elon Musk.
Bahkan warga China menggambarkansatelit Starlinkhanyalah"tumpukan sampah luar angkasa".
Sementara yang lain menuduh mereka sebagai senjata perang ruang angkasa Amerika".