Intisari-Online.com - Ketika Joe Biden pertama kali dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), para ahli memperkirakan bahwa ia akan mengurangi penumpukan dana senjata nuklir yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump.
Selama kampanyenya, Joe Biden bahkan menganjurkan kebijakan "tidak boleh digunakan pertama kali".
Ini berarti bahwa AS seharusnya hanya mempertimbangkan untuk menyerang target dengan senjata nuklir sebagai pembalasan atas serangan nuklir.
Bukannya sebagai negara yang melakukan serangan terlebih dahulu.
Namun, sejak menjadi Presiden AS di awal tahun 2021 lalu, Biden telah menghadapi tantangan signifikan dari Rusia dan China.
Hal ini lantas memaksanya untuk memikirkan kembali kebijakan nuklir AS.
Apalagi Rusia di mana Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya siap untuk menyerang Ukraina saat 100.000 tentara telah turun ke perbatasan Rusia-Ukraina.
Pata intelijen AS telah berbagi informasi dengan sekutunya. Bahwa Putin mungkin siap untuk mewujudkan ambisi semi-imperial Rusia pada awal tahun ini.