Bukan hanya AS, China juga melakukan pengujian skala besar terhadap penduduknya.
China menguji seluruh populasi, ini dipandang sebagai langkah utama untuk menangani wabah Covid-19 yang sporadis.
Bahkan, menghindari pengujian dapat mengakibatkan hukuman.
Dengan beberapa kota berpenduduk lebih dari 10 juta orang, China tak segan-segan melakukan uji coba secara besar-besaran.
Pendekatan tersebut membantu China dengan cepat memadamkan wabah, tetapi itu mempengaruhi aktivitas banyak orang serta perekonomiannya.
Sejak awal tahun, China juga terus mencatat penyebaran wabah kecil, terutama di wilayah provinsi yang berbatasan dengan Rusia dan Mongolia.
Meski begitu, mnurut banyak pakar kesehatan, pengetesan secara luas belum mampu mengimbangi kecepatan penyebaran Covid-19, dan tampaknya upaya pengetesan massal dilatarbelakangi oleh ketakutan akan virus, bukan perhitungan berdasarkan manfaat sebenarnya.
Sementara dengan pengalaman dalam menangani epidemi, Jepang memutuskan untuk menghentikan pengujian massal Covid-19 dan fokus pada karantina hanya orang tua dan mereka yang berisiko tinggi tertular virus.
Jepang memiliki pandangan berbeda tentang pengujian yang meluas.
Negara ini menyadari bahwa tes massal membutuhkan banyak waktu, uang, dan tenaga dari staf medis.
Menurut Japan Times, pengujian yang meluas menyebabkan jumlah infeksi virus di Jepang meningkat "secara vertikal" seperti skor bisbol. Ini membuat orang khawatir dan berpikir bahwa epidemi ada di mana-mana, semua orang berisiko terluka, tetapi melupakan orang tua yang paling membutuhkan perawatan.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR