Kini merupakan saat yang tepat bagi Washington dan sekutunya untuk merayu Indonesia, sebut New York Times.
Tujuannya seharusnya tidak menjauhkan Indonesia dari China tapi mendukung rencana Jokowi untuk perkembangan ekonomi dan sosial, yang ia jadikan untuk menjadi pondasi penerusnya sebelum ia turun tahun 2024, dan membantu Indonesia menjadi kutub kekuatan alternatif untuk menantang kebangkitan yang terjadi di Asia, yang mana hanya China sendiri yang menjadi kunci masa depan wilayah ini.
Sejauh ini, Washington telah menunjukkan ambisi terbatas untuk mendorong hubungan dengan Indonesia.
Meskipun peringatan atas pertumbuhan hubungan strategis Beijing dengan Jakarta, hubungan tersebut belum menangani kontra beban ekonomi yang signifikan.
Namun hubungan lebih dekat dengan China bukan berarti Jokowi memilih pihak dalam kompetisi negara adidaya.
Ia justru bekerja secara pragmatis, seperti disebut oleh New York Times: bersedia bekerja dengan siapa saja yang bisa membantunya bertemu tujuan utamanya, seperti mendorong ekonomi.
Kurt Campbell, yang memimpin kebijakan Indo-Pasifik di Gedung Putih, menyebut Indonesia merupakan negara paling penting bagi AS tapi paling sedikit dimengerti.
Sebagai negara berpenduduk terpadat keempat sedunia, negara dengan jumlah warga Muslim terbanyak di dunia dan negara kepulauan terbesar, mengumpulkan kepentingan di Indonesia biasanya memerlukan daftar superlatif.
KOMENTAR