"Kami tentu saja sangat sedih dengan kenyataan bahwa kami tidak berhasil mencapai apa yang ingin kami lakukan, yaitu menemukan tatanan politik mandiri di Afganistan, di mana anak perempuan dapat bersekolah, perempuan dapat memenuhi keinginan mereka, dan dengan perdamaian abadi," kata Merkel dengan wajahnya yang tampak muram sejenak.
"Seringkali, saya bertanya dalam diskusi: mengapa begitu banyak pemuda Afganistan ingin datang ke sini, sementara pada saat yang sama laki-laki dan perempuan berseragam kami ditempatkan di sana? ... Namun demikian, kita harus menerimanya, meskipun niat terbaik kami, kami tidak berhasil menciptakan tatanan yang ingin kami lihat di sana," kata Merkel. "Kesalahan untuk ini tidak terletak pada Jerman saja. Orang-orang Afganistan, pada bagian mereka, juga tidak menyelesaikannya. Ini sangat disesalkan."
Berkaitan dengan masalah Afghanistan, Merkel merasa dua peristiwa paling menantang adalah masalah migrasi dan pengungsi yang tiba ke Jerman di tahun 2015, yang merupakan warga Suriah dan negara-negara tetangganya yang melarikan diri dari kekacauan di negara mereka.
Krisis yang kedua adalah Covid-19, yang menurut Merkel menjadi krisis di mana ia melihat dengan jelas bagaimana orang-orang terkena dampak langsung, di mana kehidupan manusia dilanda ketidakpastian.
Menurutnya, Uni Eropa masih harus dapat menemukan "sistem umum untuk menangani suaka dan migrasi" serta menciptakan "keseimbangan yang mengatur sendiri antara negara asal dan negara tempat pengungsi pertama kali tiba" guna membantu pengungsi dengan lebih baik dan mencegah orang melarikan diri.
Merkel akan digantikan oleh penerusnya, Olaf Scholz, yang merupakan Menteri Keuangan Jerman.
Baru-baru ini Scholz diajaknya dalam pertemuan G20 di Roma.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
KOMENTAR