Intisari - Online.com -Dunia harus menyaksikan lengsernya salah satu pemimpin terkemuka dunia, Angela Merkel, dari posisinya sebagai kanselir Jerman.
Setelah menjabat 16 tahun menjadi kanselir, Merkel akan digantikan oleh Olaf Scholz.
Ia adalah sosok yang sering disebut sebagai pemimpin de fakto Uni Eropa dan juga wanita paling berpengaruh di dunia.
Kini, banyak yang khawatir Jerman dan Uni Eropa tidak bisa membawa kemajuan sebaik ketika ia memimpin.
Sebelumnya, perlu kita ketahui sedikit mengenai wanita yang begitu berpengaruh ini.
Merkel lahir di Hamburg, Jerman Barat, pindah ke Jerman Timur ketika ia balita ketika ayahnya, pendeta Lutherman, menerima tugas di Perleberg.
Ia mendapatkan gelar doktoral dalam bidang kimia kuantum tahun 1986 kemudian bekerja sebagai ilmuwan peneliti sampai 1989, sebelum ia memasuki politik ketika terjadi Revolusi 1989.
Hidup di Jerman Timur bukanlah hal mudah terlebih sebelum Revolusi 1989.
Pemisahan Jerman dengan Tembok Berlin setelah Jerman kalah di Perang Dunia II telah mengubah lanskap Jerman seluruhnya, terutama dalam ekonomi negara tersebut.
Setelah kalah di Perang Dunia II, Jerman dibagi menjadi empat wilayah yang diduduki oleh Uni Soviet, Amerika Serikat (AS), Inggris dan Perancis.
Berlin yang secara teknis merupakan wilayah zona Uni Soviet, juga terbagi dengan Soviet mengambil alih wilayah timur kota.
Uni Soviet pernah berusaha memblokade Jerman Barat tapi gagal setelah pengangkatan udara besar-besaran oleh Sekutu pada Juni 1948, yang menyebabkan zona timur semakin ditarik ke dalam tangan Uni Soviet.
Selanjutnya selama lebih dari 12 tahun, Jerman Timur ditutup dari Jerman Barat dan pada dasarnya dijadikan satelit Soviet.
Selama masa itulah 2.5 juta dan 3 juta warganya melarikan diri ke Jerman Barat mencari kehidupan yang lebih baik.
Kemudian di tahun 1961, 1000 warga Jerman Timur termasuk buruh terampil, profesional dan cendekiawan meninggalkan Jerman Timur setiap harinya.
Meskipun Jerman akhirnya bersatu di tahun 1989, kesenjangan ini masih terasa sampai sekarang.
Mengutip Pew Research dari data pemerintah Jerman tahun 2019 tercatat beberapa indikator menunjukkan kemakmuran Jerman wilayah Barat lebih tinggi daripada Jerman wilayah Timur.
Pertama, pengangguran masih lebih tinggi di wilayah Jerman bagian Timur daripada Barat, di tahun 2018, rata-rata pengangguran adalah 6.9% di 6 negara bagian dari bekas Jerman Timur, dibandingkan dengan 4.8% di 10 negara bagian di bekas Jerman Barat.
Di antara orang-orang berusia 15-24 tahun, rataan tingkat pengangguran di bekas Jerman Timur adalah 7.7% tahun 2018, sedangkan di bekas Jerman Barat sebesar 4.1%.
Selanjutnya sementara 7.5% warga Jerman Timur berusia 55-64 tahun menganggur di tahun 2018, tingkat pengangguran warga Jerman Barat di rentang usia yang sama hanyalah 5.3%.
Kedua, pendapatan warga Jerman Timur lebih rendah daripada pendapatan warga bekas Jerman Barat.
Kompensasi total, pendapatan kotor dan setelah dipotong pajak telah lama lebih rendah di bagian Jerman Timur daripada bagian Jerman Barat.
Kondisi tersebut membuktikan jika hidup di Jerman Timur sebelum menyatu juga tentunya lebih sulit daripada hidup di Jerman Barat, tapi Angela Merkel malah justru menjadi sosok terkemuka dan memimpin Jerman dengan baik.
Kini setelah ia lengser, apa saja warisannya?
Mengutip DW, Merkel menekankan keberhasilan yang ditorehkan Jerman selama ia memimpin, contohnya mempertahankan hubungan kuat dengan sekutu dan memulai penghentian penggunaan batubara di negara tersebut.
Namun ada juga hal-hal yang hasilnya di luar harapan.
"Di Jerman tidak terlalu buruk dibandingkan dengan negara lain," katanya tentang catatan lingkungan negara itu.
"Tapi kami juga salah satu negara industri terkemuka," lanjutnya seraya menambahkan bahwa dengan teknologi dan wawasan ilmiah baru, Jerman bertanggung jawab untuk "memimpin dengan memberi contoh."
Merkel menambahkan, sistem politik Jerman membuat pemimpin harus membangun konsensus sebelum mengesahkan UU baru.
"Kami selalu membutuhkan (dukungan) mayoritas untuk keputusan kami. Ini adalah masalah yang saya diskusikan dengan aktivis iklim berulang kali. Mereka mengatakan 'Anda harus melakukan ini sekarang,' dan saya berkata 'tetapi saya masih harus mendapatkan (dukungan) mayoritas.' Ada banyak harapan sosial; ada banyak kekhawatiran. Saya selalu berkomitmen untuk ini, tetapi saya tidak bisa mengatakan bahwa saat ini hasilnya memuaskan.
"Kita harus memperhatikan perkiraan ilmiah lagi, dan itu berarti berpegang teguh pada pemanasan global 1,5 derajat Celsius (2,7 derajat Fahrenheit). (COP26) Glasgow telah menghasilkan sejumlah hasil. Tapi ini masih berjalan terlalu lambat dari sudut pandang yang dipahami kaum muda," katanya.
Merkel juga menyesalkan hasil dari Afghanistan.
"Kami tentu saja sangat sedih dengan kenyataan bahwa kami tidak berhasil mencapai apa yang ingin kami lakukan, yaitu menemukan tatanan politik mandiri di Afganistan, di mana anak perempuan dapat bersekolah, perempuan dapat memenuhi keinginan mereka, dan dengan perdamaian abadi," kata Merkel dengan wajahnya yang tampak muram sejenak.
"Seringkali, saya bertanya dalam diskusi: mengapa begitu banyak pemuda Afganistan ingin datang ke sini, sementara pada saat yang sama laki-laki dan perempuan berseragam kami ditempatkan di sana? ... Namun demikian, kita harus menerimanya, meskipun niat terbaik kami, kami tidak berhasil menciptakan tatanan yang ingin kami lihat di sana," kata Merkel. "Kesalahan untuk ini tidak terletak pada Jerman saja. Orang-orang Afganistan, pada bagian mereka, juga tidak menyelesaikannya. Ini sangat disesalkan."
Berkaitan dengan masalah Afghanistan, Merkel merasa dua peristiwa paling menantang adalah masalah migrasi dan pengungsi yang tiba ke Jerman di tahun 2015, yang merupakan warga Suriah dan negara-negara tetangganya yang melarikan diri dari kekacauan di negara mereka.
Krisis yang kedua adalah Covid-19, yang menurut Merkel menjadi krisis di mana ia melihat dengan jelas bagaimana orang-orang terkena dampak langsung, di mana kehidupan manusia dilanda ketidakpastian.
Menurutnya, Uni Eropa masih harus dapat menemukan "sistem umum untuk menangani suaka dan migrasi" serta menciptakan "keseimbangan yang mengatur sendiri antara negara asal dan negara tempat pengungsi pertama kali tiba" guna membantu pengungsi dengan lebih baik dan mencegah orang melarikan diri.
Merkel akan digantikan oleh penerusnya, Olaf Scholz, yang merupakan Menteri Keuangan Jerman.
Baru-baru ini Scholz diajaknya dalam pertemuan G20 di Roma.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini