WHO Sampai Ketar-ketir, Lonjakan Covid-19 di Eropa Ternyata Memang Mengancam Seluruh Umat Manusia, Begini Bahayanya

May N

Penulis

Ini alasan Eropa terancam Lockdown ketika perayaan Natal.
Ini alasan Eropa terancam Lockdown ketika perayaan Natal.

Intisari - Online.com -Lonjakan kasus Covid-19 di Eropa ternyata sampai menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat khawatir dan ketar-ketir.

Rupanya, kasus dan kematian melonjak menjelang musim dingin.

Hans Kluge, direktur regional WHO, melansir Kontan dari Yahoo News, sudah memperingatkan jika setengah juta lebih banyak orang mungkin meninggal akibat virus pada Maret tahun depan.

Hal ini jika Eropa tetap melanjutkan "bisnis seperti biasa."

Baca Juga: Jangan Sesumbar Sudah Bebas dari Covid-19, Negara-negara Eropa Ini Catatkan Lonjakan Kasus Mengerikan Meskipun Warga Sudah Divaksin, Gelombang Ketiga Sudah Dimulai!

Dia mengatakan, faktor musim dingin ditambah dengan dominasi varian Delta yang lebih menular, telah meningkatkan tingkat ancaman akan pandemi di Benua Biru.

Apalagi ditambah fakta bahwa terlalu banyak orang yang rentan terhadap virus karena tidak divaksinasi atau kehilangan perlindungan sebagai akibat dari lamanya waktu vaksinasi sejak suntikan vaksin terakhir mereka.

Dr Kluge mengatakan, virus itu rata-rata membunuh satu orang setiap 15-20 menit di wilayah Eropa, yang mencakup seluruh benua dan mencakup beberapa negara Asia Tengah seperti Uzbekistan dan Turkmenistan.

“Covid-19 sekali lagi menjadi penyebab kematian nomor satu di wilayah kami,” katanya kepada BBC.

Baca Juga: Mari Sungkem Sama Ibu-ibu dan Emak-emak yang Berhasil Selamatkan Ekonomi Indonesia di Tengah Covid-19! Presiden Jokowi Janjikan Ini untuk Mereka, Akankah Diwujudkan?

Dr Kluge mengatakan penyebaran dapat diatasi dengan langkah-langkah termasuk pemakaian masker, yang dapat dilakukan segera, dan meningkatkan penggunaan vaksin.

"Negara-negara harus memastikan tidak ada hambatan akses untuk vaksinasi," katanya.

Ditanya apakah menurutnya negara-negara harus memberlakukan wajib vaksinasi, setelah Austria mengumumkan akan melakukannya mulai Februari tahun depan, Dr Kluge mengatakan tindakan seperti itu harus menjadi langkah terakhir jika tak ada pilihan lain.

Namun dia mengatakan, sikap publik akan terus berkembang dan pada saatnya akan ada perdebatan mengenai kebijakan semacam itu.

Baca Juga: Namanya Tak Terendus Dunia, Inilah Bougainville, Pulau di Pasifik yang Mati-matian Memperjuangkan Kemerdekaan dari Papua Nugini, Lihat CaraNegara Tetangga Kadali Warga Pulau Itu

Namun, menurutnya, Kartu Pass Covid, dapat berguna dalam memperlambat penyebaran.

"Kartu itu bukan untuk pembatasan kebebasan, melainkan alat untuk menjaga kebebasan individu kita," tegas Dr Kluge.

Mengutip informasi dari Yahoo News, virus ini telah muncul kembali di Eropa dalam beberapa pekan terakhir, sehingga membuat beberapa negara memberlakukan kembali pembatasan yang telah dicabut beberapa bulan lalu.

WHO menyatakan awal bulan ini bahwa Eropa kembali menjadi pusat pandemi.

Baca Juga: Bikin Seisi Bumi Prihatin Gara-gara Kasus Covid-19 Kembali Menggila di Seluruh Dunia, Akhirnya Terkuak Cara Paling Efektif Menahan Laju Penyebaran, TernyataSesimple Ini

Di beberapa negara Eropa timur di mana tingkat vaksinasi terbilang rendah sehingga meningkatkan angka kematian akibat virus, pembatasan baru diterapkan pada mereka yang tidak divaksinasi.

Republik Ceko telah memberlakukan penguncian efektif pada orang-orang yang tidak divaksinasi.

Sedangkan Slovakia telah melarang mereka yang tidak melakukan vaksinasi dari pertemuan umum dan berkunjung ke toko-toko yang tidak penting.

Austria – yang melaporkan kasus harian lima kali lebih banyak dari bulan lalu – kemarin memberlakukan kembali penguncian penuh.

Baca Juga: Bak Kembali ke Awal Tahun 2020, Mendadak Covid-19 Merebak Seperti Saat Pertama Kali Muncul di Eropa,Banyak Negara LangsungLakukan Tindakan Ini

Sedangkan Jerman sedang mempertimbangkan untuk mengikutinya.

Penguncian sebagian dan rencana pembatasan lebih lanjut di Belanda disambut dengan kerusuhan hebat pada hari Jumat di Rotterdam.

Di Inggris, di mana infeksi tetap tinggi tetapi belum melonjak, pemerintah menolak penerapan kembali langkah-langkah pembatasan pergerakan dan tidak membuat aturan perjalanan ke seluruh Eropa.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait