Intisari-Online.com -Misteri piramida keempat yang hilang akhirnya terpecahkan.
Pada 1700-an seorang kapten angkatan laut Denmark mendokumentasikan dan membuat sketsa piramida besar keempat Giza, bersama dengan tiga piramida lainnya.
Kemudian pada 2020, sejarawan amatir Matthew Sibson mengklaim menemukan bukti piramida yang hilang di Giza.
Giza adalah lokasi tiga piramida berusia sekitar 4.500 tahun yang telah dijelajahi oleh para arkeolog selama beberapa dekade.
Masing-masing menarik jutaan turis yang semuanya ingin melihat arsitektur unik dan area luas yang pernah diperintah oleh para firaun.
Menggunakan penelitian dari dokumen-dokumen lama serta karyanya sendiri, Sibson mengatakan di saluran YouTube-nya, bahwa penelitian, topografi tanah, dan catatan sejarah membuatnya percaya bahwa dia menemukan piramida Giza keempat yang "hilang".
Dia menambahkan, "Piramida ini akan sangat berbeda dari yang lain, sekitar 100 kaki lebih kecil dan punya kubus di atasnya, mungkin sebagai tempat patung."
Sibson menegaskan bahwa dia memiliki bukti yang mendukung klaimnya.
Baca Juga: Tak Sekedar Abadikan Jasad Orang Mesir Kuno, Terkuak Inilah Alasan
Dia mengandalkan, sebagian, pada sebuah karya yang ditulis dan dibuat sketsa oleh kapten angkatan laut Denmark Frederik Ludvig Norden pada tahun 1737 yang juga menunjukkan piramida keempat telah ada di Giza.
"Saya pikir itu pasti ada, tapi apa yang terjadi?" Sibson bertanya, "Yah, beberapa pihak berwenang bilang bahwa piramida itu sudah dibongkar pada 1700-an, dan batunya digunakan untuk membangun kota terdekat Kairo."
Namun, para ahli lain telah lama mengabaikan gagasan piramida keempat.
Sejauh ini, sebagian besar sejarawan dan arkeolog lain belum mempertimbangkan klaim Sibson.
National Geographic mencatat bahwa Dataran Tinggi Giza adalah rumah bagi tiga piramida luar biasa: Giza, Khafre, dan Menkaure.
Ketiganya dibangun selama Dinasti ke-4 dan dinamai sesuai dengan firaun yang memerintah pada saat pembangunan itu.
Sibson mengatakan karyanya telah menawarkan bukti lokasi piramida keempat di dekat "jalan lintas kuno."
Dalam posting YouTube-nya, dia mengakui bahwa, "Anda mungkin mengatakan ini hanya dugaan," tetapi dia yakin penelitiannya, dan penelitian Norden, adalah valid.
Sibson mengatakan dia adalah seorang sejarawan, tetapi sumber lain mengatakan dia hanya penggemar berat sejarah dan arkeologi yang membuat klaim keterlaluan tanpa bukti ilmiah.
Piramida masih menyimpan banyak misteri bagi para ilmuwan dan arkeolog, yang bahkan belum mengetahui secara jelas bagaimana mereka dibangun berabad-abad yang lalu.
Sayangnya, kesenjangan pengetahuan tersebut melahirkan spekulasi bahkan pernyataan yang tidak memiliki dasar ilmiah.
Masih harus dilihat apakah spekulasi Sibson hanyalah tebakan yang yang mengacaukan sejarah atau apakah hipotesis barunya membuka kemungkinan penelitian yang bermanfaat.
(*)