Intisari-Online.com- Pernah mendengar dongengPulau Emas?
Siapa sangkaPulau Emas itu benar-benar ditemukan oleh awak nelayan di Sumatera.
Dilansir dari kompas.com pada Kamis (11/11/2021), harta karun itu diperkirakan senilai jutaan dolar AS dan telah ditemukan diSungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.
Yang menemukannya adalahkru nelayan lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi.
Hasil penemuan mereka di antaranya adalah patung Buddha abad ke-8 yang seukuran aslinya dan bertatahkan berbagai batu permataberharga yang ditaksir bernilai jutaanpoundsterling.
Adajuga temuanemas pertamayang hanya layak untuk seorang raja diraja.
Dan kejadian itu telah terjadi dalam lima tahun terakhir.
"Dalam lima tahun terakhir, hal-hal luar biasamuncul," kataDr Sean Kingsley, seorang arkeolog maritim Inggris, seperti dilansirGuardian, Jumat (22/10/2021).
"Koin dari semua periode, patungemasBuddha,permata, batu mulia, dan segala macam hal yang mungkin hanya bisa Anda bayangkan di dongeng benar-benar nyata."
Penemuan itu lantas mengingatkan kita pada Kerajaan Sriwijaya dan tentunya sejarah Sungai Musi dan Jembatan Ampera, tiga hal yang paling identik dengan kota Palembang.
Namun dari tiga hal ikonik itu, ada sejarah unik tentang Jembatan Ampera. Apa itu?
Sesuai namanya,Jembatan Ampera atauJembatan Amanat Penderitaan Rakyat itu punya kisah yang tak biasa.
Memilikipanjang 1.177 meter, lebar 22 meter dan tinggi 63 meter dan jarak antara menara 75 meter, jembatan ini sesungguhnya sangat cantik.
Tapi awal pembangunan jembatan ini sebenarnya terbilang cukup nekat.
Bagaimana tidak,pada saat itu anggaran yang dimiliki Kota Palembang sebagai modal awal membangun jembatan sekitar Rp30.000.
Mereka juga membentukpanitia pembangunan padatahun 1957.
Para panitia itu terdiri dariPenguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumsel, H.A. Bastari dan pendampingnya Wali Kota Palembang, M. Ali Amin, beserta Wakil Wali Kota, Indra Caya.
Agar rencana pembangunan jembatan berjalan lancar, mereka pun melakukanmelakukan pendekatan kepada Presiden Soekarno.
Di depan Bung Karno, mereka menjelaskan semua hal terkait pembangunan jembatan dan gagasan itu disetujui Bung Karno.
Tapi ada syaratnya. Di mana dibuat jugataman terbuka di kedua ujung jembatan itu.
Kemudian pada April 1962, pembangunan pembuatan jembatan pun dimulai.
Lalujembatan tersebutdiresmikan pada10 November 1965 oleh Gubernur Sumsel Brigjen Abujazid Bustomi.
Karena ingin berterima kasih kepada Presiden Soekarno, maka nama jembatan itu awalnya adalahJembatan Bung Karno.
Pemberian nama itu karena Bung Karno dianggapdengan sunguh-sungguh memperjuangkan warga Palembang untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Di hari Pahlawan itu, rakyat Sumsel menerima hadiah sebuahjembatan yang megah di jantung Kota Palembang.
Sayangnya, setahun kemudian, tepatnya tahu 1966, terjadipergolakan gerakan anti-Soekarno.
Pergolakan itu pada akhirnya membuat nama jembatan itu diubah menjadiJembatan Ampera yang artinya Amanat Penderitaan Rakyat hingga sekarang.