Melansir Kompas.com, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sebenarnya merupakan inisiasi dari Jepang.
Jepang menawarkan proposal pembangunan ke pemerintah Jokowi melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
JICA bahkan rela menggelontorkan modal sebesar 3,5 juta dollar AS sejak 2014 untuk mendanai studi kelayakan.
Nilai investasi kereta cepat berdasarkan hitungan Jepang mencapai 6,2 miliar dollar AS, di mana 75 persennya dibiayai oleh Jepang berupa pinjaman bertenor 40 tahun dengan bunga 0,1 persen per tahun.
Ketika lobi Jepang berlangsung, tiba-tiba China muncul dan melakukan studi kelayakan untuk proyek yang sama.
Saat itu, pendukung China dalam menggarap proyek kereta cepat salah satunya adalah Menteri BUMN 2014-2019 Rini Soemarno.
Keputusan akhirnya adalah dipilih China meski meski bunga pinjaman yang ditawarkan lebih tinggi daripada proposal Jepang.
Tak lain pertimbangannya karena janji China untuk menggunakan uang APBN dalam pembangunannya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR