Bill Hayton, peneliti untuk Chatham House London dan penulis buku mengenai ketegangan meningkat di Laut China Selatan, sepakat dengan Davis.
"Jika pemerintah Indonesia tidak siap untuk protes, maka mereka perlu segera melakukannya atau akan berisiko menciptakan preseden serta kehilangan haknya," ujarnya.
Para diplomat tidak paham mengapa Indonesia tetap diam.
Salah seorang diplomat menyebut: "Kami berbagi kekhawatiran dan pandangan Anda, tapi beberapa berpikir ini bukan saat yang tepat untuk membuat marah 'teman di utara' mengingat pergerakan terbaru di Laut China Selatan."
TNI memiliki hubungan lebih erat dengan militer Amerika Serikat (AS), tapi China juga membantu dalam upaya penyelamatan KRI Nanggala-402, tragedi mengerikan yang menenggelamkan 53 kru Angkatan Laut Indonesia di utara Bali April lalu.
Lebih penting lagi, perusahaan China memainkan peran penting menempatkan Indonesia dalam rantai suplai global, dengan China baru saja memakmurkan industri nikel, bertindak sebagai pendiri investor industri baterai lithium dan industri mobil listrik yang menjanjikan.
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang kini bisa disebut sebagai juru bicara Indonesia untuk China, mencari cara menepis gangguan tersebut dalam pidato minggu lalu di Washington.
Di sana ia bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan.
KOMENTAR