Gajah-gajah itu bergerak menuju ke pedalaman sesaat setelah gelombang menghantam daratan, menunjukkan bahwa mereka bereaksi terhadap dampak bukan sebagai gerakan antisipasi.
Jadi, sangat mungkin hewan melarikan diri setelah tsunami menghantam, dan kemudian ditempatkan sebelumnya oleh memori selektif.
Peneliti juga tidak menemukan mekanisme yang masuk akal di mana hewan mungkin mendeteksi gempa bumi.
Gelombang gempa bergerak lebih cepat daripada suara, jadi tidak ada cara nyata hewan bisa mendengar mereka.
Mungkin saja hewa-hewan itu mendeteksi getaran lemah, tetapi ini pasti sudah terdeteksi oleh seismograf.
Pergeseran medan magnet juga bisa terdeteksi yang berhubungan dengan gempa bumi, namun tidak ada bukti bahwa hewan memiliki reaksi terhadap hal ini.
Namun, ide seperti ini terus berlanjut, setidaknya satu kota di China memasang pengawasan 24 jam di sebuah peternakan ular untuk mendeteksi perilaku aneh.
Sementara pemerintah Jepang terus melakukan percobaan dengan ikan lele.
Bagaimana pun anekdot dari prediksi perilaku hewan masih tertangkap dalam imajinasi masyarakat, meski penelitian tidak menguatkan klaim tersebut. (Ade S)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR