Intisari-Online.com - Gempakuat melanda di lepas pantai Fukushima, Jepang, pada hari Sabtu (13/2/2021).
Kejadian itu hanya beberapa minggu sebelum peringatan 10 tahun tsunami yang mematikan tahun 2011.
Dilansir dari BBC pada Minggu (14/2/2021), gempa itu berkekuatan 7,1 skala Richter terjadi pukul 23:08 waktu setempat pada kedalaman 60 km (37 mil) di Pasifik, lepas pantai timur Jepang.
Sanking besarnya, gempaitu terasa kuat di Tokyo, tetapi peringatan tsunami belum dikeluarkan.
Ada laporan dari sekitar 50 orang terluka dan hampir satu juta rumah tanpa aliran listrik.
Gempa tersebutterjadi di dekat pusat gempa tahun 2011 yang memicu tsunami dan menewaskan lebih dari 18.000 orang.
Tsunami tersebut menyebabkan kecelakaan nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, kecelakaan nuklir paling parah di dunia sejak bencana Chernobyl pada tahun 1986.
Badan meteorologi Jepang (JMA) mengatakan gempa bumi pada hari Sabtu diyakini sebagai gempa susulan dari gempa besar 2011.
Baca Juga: Banyak yang Tanya, Ini 4 Cara Menghilangkan Kutil Secara Alami
Gempa susulan setelah gempa bumi besar dapat berlanjut selama bertahun-tahun.
Beruntungnya kejadian ini segera di atasi.
Pemerintah segera mendata korban dan kerusakan struktural.
Sementarakawasan nuklir Fukushima Daiichi tidak mengalami masalah berarti.
Operator pembangkit nuklir Fukushima Tepco jugatidak memiliki masalah hingga saat ini.
Tahukah Anda bahwa faktanya, sekitar 20 persen gempa dunia tercatat ada di Jepang.
Apa yang membuat negara kecil Jepang dilanda begitu banyak gempa?
Alasannya hampir sama dengan alasan Indonesia sering mengalami gempa.
Jepang terletak di lintasan sabuk cincin api Pasifik. Inilah salah satu sabuk gempa paling aktif di dunia.
Setidaknya ada empat lempeng besar yang ada di sekitar Jepang, yakni lempeng Eurasian, Pasifik, Amerika, dan Filipina.
Ketiganya saling bertubrukan dan menciptakan gempa.
Lempeng Pasifik yang terus mengarah ke Barat menabrak lempeng Jepang dan terdorong masuk ke dalam Bumi.
Berdasarkan perhitungan pakar geologi, lempeng Pasifik bergerak 8,9 sentimeter per tahunnya.
Gerakan lempeng Pasifik setiap tahun itu tidak serta merta membuat gempa akibat si lempeng Pasifik terhenti oleh lempeng Jepang.
Namun, hal ini sejatinya lebih terlihat seperti membangun kekuatan sebuah gempa besar.
Nah, saat lempeng Pasifik benar-benar 'mendorong' kuat dan lempeng Jepang tak mampu menahannya lagi, maka terjadilah gempa besar.