Intisari-Online.com - Sepertinya ketegangan konflik China vs Taiwan tidak akan menurun dalam waktu dekat.
Malahan konflik China vs Taiwan bisa saja semakin mengerikan.
Ini karena Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa "penyatuan kembali" dengan Taiwan "harus dipenuhi".
Sehingga tidak heran ketegangan yang meningkat di pulau itu akan terus berlanjut.
Dilansir dari bbc.com pada Minggu (10/10/2021), Presiden Xi mengatakan penyatuan harus dicapai secara damai.
Tetapi memperingatkan bahwa orang-orang China memiliki tradisi yang menentang separatisme.
Sebagai tanggapan, Taiwan mengatakan masa depan mereka ada di tangan rakyatnya.
Taiwan menganggap dirinya sebagai negara berdaulat.
Sementara China memandangnya sebagai provinsi yang memisahkan diri.
Oleh karenanya, Beijing tidak akan mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mencapai penyatuan.
Presiden Xi sendiri seperti membuktikan bahwa dia akan merebut Taiwan dengan berbagai cara. Termasuk cara paksa.
Apalagi China teelah mengirim 149 jet tempur ke zona pertahanan udara Taiwan dalam beberapa hari terakhir.
Itu merupakan rekor tertinggi dalam sedekade terakhir.
Beberapa analis mengatakan penerbangan itu dapat dilihat sebagai peringatan kepada presiden Taiwan menjelang hari nasional negara pulau itu pada hari Minggu ini.
Menteri Pertahanan Taiwan mengakui hubungan mereka dengan China memang memburuk.
Namun saat ini ketegangan dengan China adalah yang terburuk dalam 40 tahun.
Apalagi sepertinya Presiden Xi tidak main-main ingin melakukan intervensi besar-besaran di Taiwan.
Dia bahkan berjanji untuk "menghancurkan" segala upaya kemerdekaan formal Taiwan.
Berbicara di sebuah acara yang menandai peringatan 110 tahun revolusi yang menggulingkan dinasti kekaisaran terakhir China pada tahun 1911, Presiden Xi mengatakan penyatuan dengan "cara damai" adalah "paling sejalan dengan kepentingan keseluruhan bangsa China, termasuk rekan senegaranya Taiwan".
"Tidak ada yang boleh meremehkan tekad teguh, kemauan keras, dan kemampuan kuat rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial," kata Presiden Xi.
"Tugas sejarah penyatuan kembali ibu pertiwi harus dipenuhi, dan pasti akan dipenuhi," katanya.
Lanjut Presiden Xi, dia ingin melihat penyatuan terjadi di bawah prinsip "satu negara, dua sistem".
Ini mirip dengan yang diterapkan di Hong Kong, yang merupakan bagian dari China tetapi memiliki tingkat otonomi.
Namun sekali lagi kantor kepresidenan Taiwan mengatakan bahwa opini publik sangat jelas dalam menolak satu negara, dua sistem.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR