Intisari-Online.com - Konflik China dan Taiwan bisa berakhir perang.
Bagaimana tidak, konflik China dan Taiwan itu semakin panas dari hari ke hari.
Bahkan China telahmemperingatkan bahwa dunia berada di ambang perang besar.
China beralasan perang itu dikarenakan Taiwan dan sekutu Baratnya.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (7/10/2021), peringatan mengerikan itu muncul setelah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh jet tempur China ke wilayah udara Taiwan.
Antara Jumat dan Senin, pilot dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan 149 serangan mendadak ke Zona Pertahanan Udara Taiwan.
Hal itu lantas menciptakan rekor baru dalam konflik antara dua negaa tersebut.
Dalam editorial yang agresif dan agresif, Global Times yang dikendalikan Partai Komunis China, menuduh Taiwan terlibat dalam kolusi strategis dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
Ia mengklaim bahwa situasi saat ini baknya pertarungan kecildan mengancam perangdapat terjadikapan saja.
Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, mengatakan ketegangan saat ini adalah yang terburuk dalam 40 tahun.
Dia juga memperkirakan bahwa Beijing akan siap untuk meluncurkan invasi skala penuh ke negaranya pada tahun 2025.
Menteri Pertahanan Taiwan mengatakan kepada China Times pada hari Rabu bahwa pada tahun 2025 China akan menambah biaya militer.
"Sebenarnya China memiliki kapasitas untuk menyerang Taiwan sekarang."
"Tetapi China tidak melakukannya karena memulai perangtidak mudah. Mereka harus mempertimbangkan banyak hal lain."
Diiketahui pemerintah Chinamengklaim Taiwan sebagai salah satu provinsi China dan telah bersumpah untuk merebutnya kembali, dengan paksa jika perlu.
Pemerintah China juga menuduh Pemerintah Taiwan yang dipilih secara demokratis sebagai separatis.
Akan tetapi Taiwan menolak kembali bersatu dengan China.
Mereka telah menyatakan diri sebagainegara yang berdaulat dan Presidennya, Tsai Ing-wen, telah bersikeras bahwa negara itu akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan diri.
“Jika Taiwan jatuh, konsekuensinya akan menjadi bencana besar bagi perdamaian regional.”
"Kemenangan China akan menunjukkan otoritarianisme lebih unggul daripada demokrasi,” tambahnya.
Parlemen Taiwan saat ini sedang mengkaji RUU anggaran pertahanan khusus senilai 8,6 miliar Dollar AS.
Tujuannya ingin berupaya untuk memperkuat pertahanannya.
Di mana sekitar dua pertiga akan dihabiskan untuk senjata anti-kapal seperti sistem rudal berbasis darat.
Termasuk rencana 148,9 miliar Dollar Taiwan untuk memproduksi massal rudal buatan dalam negeri dan kapal berperforma tinggi.