Intisari-Online.com - PKI pernah menuntut pemerintah Indonesia untuk membentuk Angkatan Kelima, apa tujuannya?
Begitu diusulkan agar Pemerintah Indonesia membentuk Angkatan Kelima, berita ini segera menyebar.
Bahkan, kabar tersebut sampai juga sampai ke telinga Perdana Menteri China Zhou En Lai.
Zhou En Lai pun datang ke Indonesia pada April 1965 dan secara terang-terangan mendesak agar dibentuk Angkatan Lima.
Gagasan untuk membentuk Angkatan kelima sendiri diusulkan pemimpin PKI saat itu, D.N. Aidit.
Ia mengusulkan 15 juta buruh tani dipersenjatai sebagai Angkatan Kelima, yaitu sejenis Angkatan Darat.
Ketika itu, unsur pertahanan keamanan Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Laut, dan Udara, serta Angkatan Kepolisian.
Keempatnya secara resmi tergabung dalam apa yang saat itu disebut ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Baru pada tahun 1962 ABRI terbentuk untuk menggabungkan TNI dengan Kepolisian Negara (Polri), meski di kemudian hari setelah reformasi, kembali dilakukan pemisahan tugas di antara keduanya.
Pada awal tahun 1965 setelah terbentuknya ABRI, munculah ide untuk membentuk Angkatan Kelima ini.
Saat itu, PKI adalah salah satu partai terbesar di Indonesia.
Dalam pemilu 1955, PKI menduduki tempat keempat dengan perolehan 16 persen dari keseluruhan suara yang ada.
Partai terbesar lainnya pada masa itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Nahdatul Ulama.
Melalui D.N. Aidit, PKI mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima sebelum dirinya menghadap Presiden pada 14 Januari 1965.
Kondisi Indonesia yang sedang berkonfrontasi dengan Malaysia juga semakin mendukung pembentukan Angkatan Kelima tersebut.
Perdana Menteri China, Zhou En Lai, kemudian menawarkan bantuan sebanyak 100.000 senjata ringan kepada Indonesia.
Setelah tiba di tanah air, tawaran bantuan senjata tersebut disampaikan kepada Presiden/Panglima Tertinggi ABRI di hadapan rakyat Komando Operasi Tertinggi (KOTI).
Oleh ABRI, keputusan mengenai pembentukan Angkatan Kelima itu diserahkan kepada Pemimpin Besar Revolusi, Presiden Soekarno.
Tetapi, Angkatan Darat yang dipimpin Letjen Ahmad Yani, menolak pembentukan unsur baru pertahanan keamanan Indonesia tersebut.
Umumnya, para jenderal dalam AD adalah golongan anti-komunis. Oleh sebab itu, mereka menentang pembentukan Angkatan Kelima.
Sementara bagi Yani, membentuk departemen Angkatan kelima tidak efisien, Yani secara tegas juga menyampaikan penolakannya atas usul Aidit.
Selain dianggap tidak efisien, pasukan sipil bersenjata sudah ada dalam wujud Pertahanan Sipil.
Didukung China semenntara TNI AD menentangnya, tujuan PKI menuntut pembentukan Angkatan Kelima itu sendiri, selain untuk mempersenjatai buruh dan tani, adalah untuk menasakomisasi angkatan bersenjata dan sebagai antisipasi terhadap konfrontasi dengan Malaysia.
Sempat menghebohkan Indonesia, pembentukan Angkatan Kelima tak berlanjut karena situasi politik Indonesia kemudian kacau balau.
Ide Angkatan Kelima segera lenyap lantaran terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965, begitu juga PKI.
Salah satu partai politik terbesar Indonesia di masa Era Demokrasi Terpimpin itu dilarang dan dibubarkan.
Sementara pemimpinnya, D.N. Aidit, ditangkap dan dieksekusi dengan misteri yang menyelimutinya karena ada berbagai versi tentang bagaimana akhir hidup tokoh PKI ini.
Dengan Supersemar, Angkatan Darat membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Ormas-ormas dari Angkatan Lima di antaranya dari Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia dan SOBSI yang dituduhkan merupakan unsur Angkatan Kelima.
(*)