Intisari-Online.com - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 / G30S 1965 yang menewaskan sederet jenderal TNI AD dan perwira pertama.
Peristiwa kelam ini menyisakan luka yang mendalam bagi mereka yang terlibat baik sebagai pelaku maupun korban.
Aksi pemberontakan yang sudah direncanakan hingga berakhir dengan terbunuhnya 5 dewan jenderal dan satu periwira pertama TNI AD.
Satu dari beberapa perwira tinggi militer yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September adalah Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani.
Nama Jenderal Ahmad Yani masuk ke dalam salah satu Pahlawan Revolusi yang menjadi korban peristiwa mencekam itu.
Dalam peristiwa tersebut, Jenderal Ahmad Yani yang sedang berada di rumah diculik.
Ia kemudian dibunuh dan ditemukan sudah meninggal di sumur di Lubang Buaya.
Adapun rumah sang jenderal berada di Jalan Lembang Blok D-58, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca Juga: 5 Pemimpin Komunis yang Melegenda dan Hasil Propaganda Mereka
Rumah itu menjadi jadi saksi bisu peristiwa kelam bagi Bangsa Indonesia.
Saat ini, rumah Jenderal Ahmad Yani dijadikan museum.
Nama museum itu adalah Museum Sasmitaloka Ahmad Yani.
Melansir TribunTravel.com, bentuk bangunan dan desain interiornya masih dipertahankan seperti dulu.
Di dalam rumah tersebut, ada beberapa koleksi unik.
Koleksi itu di antaranya adalah barang pribadi milik Jenderal Ahmad Yani.
Ada mobil sedan Chevrolet warna biru yang menjadi kendaraan dinas.
Selain itu, ada juga bedak dan lipstik milik istri Jenderal Ahmad Yani, Yayu Rulia Sutowiryo.
Tak ketinggalan, foto-foto rekonstruksi peristiwa G30S juga terpasang.
Sementara itu, koleksi yang tak kalah menarik perhatian juga ada di kamar pribadi Jenderal Ahmad Yani.
Di kamar tersebut ada sisa peluru milik personel Tjakrabirawa.
Senapan LE Cal 7,62 pabrikan Cekoslovakia yang digunakan untuk menembak Letjen S Parman dan senapan Owengun yang dipakai untuk mengakhiri hidup DN Aidit beserta tokoh-tokoh tertinggi PKI juga tersimpan di sana.
Senjata itu tersimpan di satu bufet kaca.
Di dalam bufet kaca tersebut, ada pula pakaian milik Jenderal Yani, yaitu kemeja putih dan piyama.
Kemudian, uang lama senilah Rp 123 ribu yang merupakan gaji terakhir Jenderal Ahmad Yani yang belum diserahkan kepada istrinya, juga tersimpan.
Namun, pengunjung tak diperbolehkan untuk memotret di dalam kamar tersebut dengan alasan privasi.
Barang-barang lain yang tersimpan museum tersebut di antaranya adalah barang-barang cenderamata dari beberapa daerah di Indonesia maupun luar negeri, foto keluarga, tongkat komando, pakaian, cincin, kacamata, lencana, hingga keris.
(*)