Penulis
Intisari-online.com - Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah organisasi yang berideologi komunis.
Parti ini pernah membuat gerakan pemberontakan yang dikenal dengan G30S yang mentargetkan para jenderal militer Indonesia.
Tujuan dari pemberontakan ini adalah mengganti ideologi pancasila dengan ideologi komunis.
Lantas bagaimana bisa PKI yang berideologi Komunis bisa masuk ke Indonesia, jika memiliki landasan ideologi yang bertentangan dengan pancasila?
Menurut Tribun Timur, PKI berasal dari seorang sosialis Belanda bernama Henk Sneevliet.
Heng mendirikan partai bernama Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.
Setelah Indonesia merdeka, ISDV, berganti nama menjadi PKI, yang semakin lama membesar dengan ratusan ribu pendukung.
PKI kemudian menjelma menjadi partai komunis non-penguasa terbesar di duni setelah Rusia dan China.
Banyaknya massa PKI disebabkan rakyat Indonesia yang saat itu berideologi komunis, cocok dengan keadaan mereka.
Banyak yang mengenal PKI besar di bawah kemepimpinan Dipa Nusantara Aidit alias DN Aidit.
DN Aidit disebut sebagai dalang pemberontakan G30S PKI.
Meski disebut tokoh besar yang menjadi dalang insiden besar tersebut, sebenarnya DN Aidit masih kroco jika dibandingkan dua petinggi PKI ini.
Dua orang tersebut adalah Muso Manowar dan Alimin bin Prawirodirdjo.
Pada 25 Desember 1925, para pemimpin PKI mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu mereka membahas aksi pemogokan hingga angkat senjata, yang dilakukan kaum tani dan buruh.
Tujuannya adalah melancarkan aksi pemberontakan di seluruh Indonesia kepada Belanda.
Rencana itu lantas disampaikan wakil Komunis Internasional (Komintern), yang berada di Singapura.
PKI kemudian mengirim Alimin dan Musso ke Singapura.
Komintern, Singapura menindaklanjuti rencana tersebut, dan memberangkatkan keduanya ke Moskow Uni Soviet.
Rupanya Musso dan Alimin dihadapkan pada pemimpin besar Komunis, yaitu Stalin di Moskow.
Keduanya menerima mandat dari Stalin agar rencana pemberontakan dibatalkan dulu, serta mengubah PKI bergerak di bawah tanah untuk menyebarkan propaganda Belanda.
Musso nekat, saat kembali dia melancarkan pemberontakan pada Belanda di Batavia dan Sumatera Berat.
Karena persiapan kurang, pemberontakan itu langsung ditumpas Belanda, dan melarang PKI.
Musso dan Alimin ditangkap Belanda kemudian dipenjara.
Setelah dipenjara 1935, Musso pergi ke Uni Soviet, dan sempat kembali tetapi diusir dan kembali ke Soviet 1936.
Hingga 1948 Musso kembali ke Indonesia melalui Yogyakarta, kembali melakukan pemberontakan lagi dengan militan PKI di Madiun 18 September 1948.
Pemberontakan PKI langsung direspon oleh militer Indonesia.
Pemberontakan gagal, ia terkepung dan ditembaki oleh TNI, Musso saat itu bersembunyi di kamar mandi umum.
Usai tewas, Musso dibawa ke RS Ponorogo dan diawetkan lalu dibakar secara diam-diam.