Mengenal Jenderal Ahmad Yani, Salah Satu Pahlawan Revolusi G30S PKI, Gugur Diberondong 7 Peluru

Khaerunisa

Editor

Jenderal Ahmad Yani, salah satu Pahlawan Revolusi G30S PKI.
Jenderal Ahmad Yani, salah satu Pahlawan Revolusi G30S PKI.

Intisari-Online.com - Sepuluh jenderal dan perwira militer menjadi korban tragedi 30 September 1965, mereka kini dikenal sebagai Pahlawan Revolusi G30S PKI.

Satu di antaranya adalah Jenderal Ahmad Yani, yang gugur pada 1 Oktober 1965 pagi.

Pada hari kelam itu, Letnan Jenderal Ahmad Yani ditembak oleh pasukan Tjakrabirawa di kediamannya di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.

Saat itu, Ahmad Yani menolak dijemput oleh pasukan Tjakrabirawa.

Baca Juga: Dirikan Organisasi yang Jadi Cikal Bakal PKI, Inilah Henk Sneevliet dan Kisah Kedatangannya ke Nusantara

Menurut anak Ahmad Yani, Amelia Achmad Yani, saat berbincang dengan Kompas.com pada tahun 2017 lalu, ia melihat ayahnya diseret dan saat itu tiba-tiba terdengar suara tembakan yang menggelegar.

Dilaporkan, ada tujuh peluru yang dilepaskan pasukan Tjakrabirawa pada 1 Oktober 1965 pukul 04.35 WIB itu.

Lima di antaranya meninggalkan lubang tembakan di sebuah pintu.

Kemudian, jasad Ahmad Yani dibawa menggunakan truk ke sebuah areal perkebunan di Halim, Jakarta Timur, dan akhirnya dimasukan ke dalam sumur tua bersama korban lainnya.

Baca Juga: Tragedi Santa Cruz 1991 Jadi Titik Balik Perjuangan Kemerdekaan Timor Leste, Ini Latar Belakang dan Dampaknya

Profil Ahmad Yani

Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo. Ayahnya bernama Sarjo bin Suharyo dan ibunya, Murtini.

Kemudian pada 1927, mereka merantau ke Bogor karena sang ayah bekerja untuk seorang jenderal Belanda.

Ahmad Yani kecil mengawali sekolahnya di HIS (setingkat SD) di Bogor dan selesai pada 1935.

Dia kemudian melanjutkan sekolah ke MULO di Bogor dan lulus pada 1938.

Baca Juga: Kontras dengan Australia yang Menggebu Ingin Miliki Kapal Selam Nuklir, Perdana Menteri Cantik yang Dulu Siarkan Adzan di Negaranya Ini Menentang Keras Kapal Selam Nuklir Masuki Perairan Negaranya

Selanjutnya masuk ke AMS di Jakarta. Di AMS, Yani hanya bersekolah hingga kelas dua. Di sana, Yani harus mengikuti program wajib militer yang dicanangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Ahmad Yani mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan dilanjutkan di Bogor.

Dari situlah, Yani mengawali karirnya di dunia militer dengan pangkat sersan.

Setelah pendudukan Jepang pada 1942, Yani mengikuti pendidikan Heiho di Malang dan menjadi Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor.

Baca Juga: Ibu-ibu Se-Indonesia Wajib Tahu, Coba Bersihkan Gorden dengan Campuran Penyedap Rasa dan Deterjen, Tak Perlu Beli Baru!

Prestasi Ahmad Yani dan Perjalanan Kariernya

Ahmad Yani mengukir sejumlah prestasi selama berkarier di dunia militer.

Dia menjadi salah satu pasukan yang berhasil menyita senjata Jepang di Magelang.

Kemudian pada saat Agresi Militer I, Achamd Yani diangkat sebagai Komando TKR Purworejo dan pasukannya berhasil menahan Belanda di daerah Pingit.

Sementara pada saat Agresi Militer II, Achamd Yani dipercaya sebagai Komandan Wehrkreise II meliputi daerah pertahanan Kedu.

Baca Juga: Dulu Disegani sebagai Kelompok Pengawal Presiden Soekarno, Pasukan Elit Ini Berakhir Mengenaskan Jadi Buruan hingga Keberadaanya Tidak Diketahui Gara-gara G30S

Pada saat Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia, Ahmad Yani bertugas di Tegal, Jawa Tengah dengan jabatan Letnan Jenderal.

Dirinya mendapatkan mandat untuk membentuk pasukan khusus yang diberi nama Benteng Raiders. Pasukan ini bertugas untuk menghentikan pasukan DI/TII.

Tak hanya itu, saat pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner) terjadi di Sumatera Barat, Ahmad Yani yang saat itu berpangkat Kolonel juga berhasil mengamankan pemberontahan PRRI.

Sederet prestasinya membuat sosok ini memiliki reputasi yang sangat baik.

Baca Juga: China Makin Ugal-ugalan, Setelah Bikin Takut Nelayan Indonesia untuk Melaut, Kini Hacker China Dikabarkan Bobol Data 10 Kementerian dan Lembaga Negara Termasuk BIN

Ia juga pernah menjabat sebagai kepala Staf Komando Operasi Tertinggi (KOTI) yang berada di bawah komando presiden.

Kemudian, dalam waktu empat tahun sejak memimpin Operasi 17 Agustus di Padang, nama Yani terus melesat.

Sebagai perwira profesional, Yani memperoleh kepercayaan untuk dilantik oleh Presiden Sukarno sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 23 Juni 1962.

Ia pun dikenal sebagai sosok yang bisa menentang kebijakan Sukarno mengenai PKI secara lebih halus dan dapat diterima.

Baca Juga: Cek Weton Minggu Pon: Beginilah Watak, Rezeki serta Jodoh yang Cocok untuk Orang Minggu Pon

(*)

Artikel Terkait