Intisari-Online.com - Kim Ung-Yong, seorang pria asal Korea Selatan merupakan anak ajaib dengan bakat bawaan lahir di atas rata-rata dan kehidupannya seperti seorang pahlawan super.
Saat di masih bayi, ibunya terkejut mendengar Kim sudah bisa mengeluarkan kata-kata.
Ya, seorang anak berusia 6 bulan sedang berbicara dengan ibunya.
Kejadian itu bukanlah sekadar kebetulan semata, namun sebuah bakat yang akan mengubah hidupnya.
Kim Ung-Yon menjadi anak yang sangat cerdas, dia memiliki ingatan yang sangat kuat dan tingkat intelektual yang tinggi di masa anak-anak.
Dia tumbuh menjadi anak yang sangat kritis dan seringkali mengajukan pertanyaan-pernyataan spesifik tentang peristiwa dunia.
Tak hanya itu, dia menciptakan aturan baru untuk game dan mengembangkan sikap intoleransi terhadap anak lain.
Bahkan saat Kim masih berusia 9 bulan, dia sudah bisa mengucapkan kalimat secara penuh.
Ketika berusia 1 tahun, dia sudah bisa berbicara bahasa Korea dengan lancar.
Dia mulai menguasai bahasa Spanyol, Jerman, dan Inggris sebelum berusia 4 tahun.
Dia melakukan persamaan diferensial pada usia 5 tahun.
Tidaklah mengejutkan bahwa Kim Ung-Yong pintar.
Dia adalah putra seorang profesor fisika dan profesor sekolah kedokteran.
Bahkan, beberapa orang berpendapat dia merupakan orang tercerdas yang pernah hidup.
Meski tes IQ tidak bisa dijadikan tolak ukur yang tepat, dia memiliki IQ 210.
Namun, Kim tidak punya teman.
Bahkan, kebanyakan orang bahkan tidak percaya klaim yang ditulis tentang dia.
Sehingga dia sering dibawa ke TV nasional untuk membuktikannya.
Kim bahkan diundang NASA dan melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, untuk belajar bersama para ilmuwan.
Ia menyelesaikan gelar Ph.D. pada usia 15, mendapatkan nilai hampir sempurna dalam setiap mata pelajaran.
Dia kemudian mendaftar sebagai karyawan NASA dan melakukan penelitian tingkat atas bersama astrofisikawan.
Kim sungguh memiliki kecerdasan yang luar biasa, tapi kemudian keadaan berubah.
Sepuluh tahun setelah bergabung dengan NASA, dan setelah mengumpulkan setumpuk penghargaan akademis yang mematikan, dia tiba-tiba berhenti.
Apa yang membuatnya berhenti? Dia tidak merasa bahagia.
Dia dilahirkan dalam masyarakat Asia yang menghargai keunggulan akademis.
Akibatnya, dia menjadi 'sapi perah' yang dimanfaatkan potensinya sejak usia awal.
Saat prestasinya semakin terang, dia semakin ingin menjadi orang normal.
Kehidupan Kim Ung-Yong yang Baru
Kim kemudian menjadi profesor tetap di sebuah universitas.
Ini adalah pekerjaan yang sangat bergengsi dan sangat kompetitif bagi kebanyakan orang.
Tapi bagi Kim merupakan hal yang sudah biasa.
Kim masih menjadi incaran berita-berita Korea dan dijadikan sebagai contoh seorang jenius yang gagal dan sia-sia.
Dengan semua bakatnya yang luar biasa, Kim diharapkan dapat mengubah dunia, tapi semakin ke sini dia merasa itu bukan tanggung jawabnya.
Kim sekarang memilih menjalani kehidupan yang nyaman dengan caranya sendiri.
(*)