'Mereka Akan Melakukan Penyiksaan,' Kisah Cinta Tentara Afghanistan dan Perawat AS Ini Sekarang Terpisah oleh Taliban

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Intisari-Online.com - Pria itu adalah tentara pasukan komando Afghanistan di Kabul.

Sang perempuan adalah asisten perawat di negara bagian Missouri di Amerika Serikat.

Saat Taliban terus menguasai wilayah Afghanistan, mereka jatuh cinta.

Mereka pertama kali bertemu ketika tentara Afghanistan itu berada di Fort Benning, pangkalan militer Amerika Serikat di perbatasan negara bagian Georgia-Alabama.

Baca Juga: Desas-desus Satu-satunya Wilayah yang Belum Dikuasai Taliban Kini Telah Jatuh, Perayaan Kelompok Militan Itu Malah Sebabkan 17 Orang Tewas, 'Jangan Tembak Sembarangan!'

Ketika itu musim gugur tahun 2012, dan perawat perempuan itu bersama anaknya yang masih remaja, yang ikut pelatihan di sana.

Mereka terlibat dalam sebuah pembicaraan di kantin.

Berusia 18 tahun lebih muda dari perawat itu, sang pria berpostur tinggi dan tampan.

Ia disebut sebagai bintang baru yang diperkirakan akan memiliki karier bagus di pasukan komando Afghanistan.

Sementara perempuan itu adalah asisten perawat dari Gladstone, sebuah permukiman di negara bagian Kansas City, yang dibesarkan dari keluarga militer angkatan laut.

Mereka bertukar nomor telepon dan si tentara mengajukan permintaan sederhana.

Baca Juga: Makin Kuat, Rupanya Taliban Gunakan Peralatan Canggih Militer Amerika untuk Bombardir Kelompok Anti-Taliban, Langsung Kocar-kacir

Sekembalinya dia ke Afghanistan, apakah sang perawat bersedia membantunya memperlancar bahasa Inggrisnya?

Jawaban sang perawat tanpa ragu: Tentu saja.

Asmara kemudian tumbuh antara tentara dan perawat tersebut.

Pangkat sang tentara naik dengan cepat di jajaran Angkatan Bersenjata Afghanistan dan semakin banyak terlibat dalam misi-misi berbahaya.

Dan perang di Afghanisyan juga berubah.

Di pertengahan tahun 2021, Taliban mulai bergerak menguasai kawasan pedesaan dan kota-kota kecil, dalam usaha mereka untuk merebut ibu kota Kabul.

Baca Juga: 'Mereka Tidak Takut Ancaman', Kelompok Oposisi Bertempur dengan Pejuang Taliban, Memperebutkan Lembah Panjshir yang Belum Dikuasai Taliban

Pasangan ini mungkin tidak berani mengakuinya, tapi mereka sudah saling mencintai walau terpisah oleh jarak dan perang selama 20 tahun.

Taliban semakin mendekat Di satu hari di bulan Juli, tentara tersebut tiba-tiba menghentikan pembicaraan telepon dengan si perawat, ketika sebuah roket meledak dekat kendaraannya di luar Istana Kepresidenan di Kabul.

Ledakan itu mengenai kepalanya yang membentur kaca jendela.

Hari itu adalah hari Raya Idul Adha, dan di dalam istana, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, tampak di layar televisi sedang salat di kebun istana ketika pasukan keamanan bergerak ke arah ledakan.

Baca Juga: Banyak yang Mengira Afghanistan Aman di Bawah Militer Amerika, Terkuak Borok Pertempuran Selama 20 tahun Amerika di Afghanistan, Ternyata Memakan Korban 33.000

Sang tentara kemudian menelepon balik ke Amerika, masih terkejut walau dia tidak terluka, sementara mobilnya rusak.

Di hari-hari kemudian menjelang jatuhnya Kabul, sang tentara semakin jarang membuat berbicara lewat video.

Pada hari Taliban memasuki Kabul, tentara tersebut berada di kantornya ketika seorang rekannya masuk dan mengatakan bahwa tentara Afghanistan banyak yang menanggalkan seragam mereka dan melarikan diri.

Dia kemudian melakukan hal yang sama, mematikan komputernya dan keluar kantor berjalan kaki menuju ke bandara Kabul.

Baca Juga: Walau Melabeli Taliban Sebagai Kelompok Teroris, Diam-Diam Rusia Ingin Mengakui Taliban, Bahkan Sampai Memberikan Syarat Ini Supaya Taliban dan Rusia Bisa Bekerja Sama

Namun, tentara tersebut tidak berani ke bandara.

Cerita mengenai tentara Afghanistan yang ditangkap dan dieksekusi oleh pasukan Taliban membuatnya semakin khawatir.

Si perawat sekarang berusia 59 tahun dan sudah pensiun.

"Saya yakin bila Taliban menangkap saya, mereka akan melakukan penyiksaan," kata sang tentara dalam salah satu pesannya kepada si perawat.

Sang tentara merupakan satu-satunya harapan bagi kebahagiaannya

di masa depan.

Si perawat sekarang hanya bisa menunggu.

*ABC memutuskan tidak menggunakan nama tentara Afghanistan dan perawat AS dalam artikel karena alasan keamanan.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

(*)

Artikel Terkait