Intisari-Online.com – Hari itu, 11 September 2001, kehidupan dimulai seperti hari-hari lainnya di kota New York yang ramai.
Di bawah langit biru dan di antara sederet gedung pencakar langit, jutaan orang menjalani rutinitas normal Selasa pagi mereka.
Hiruk-pikuk klakson, alat-alat kontruksi, dan suara-suara membangun gedung bertahan sepanjang hari kerja.
Hanya sedikit warga yang tahu bahwa kedamaian pagi New York dan normalitas relatif mereka berada pada kerangka waktu, karena pukul 8.46 pagi kota mereka tiba-tiba diserang.
Suara hiruk-pikuk dunia yang semarak itu dengan cepat memudar, tergantikan oleh suara ledakan, jeritan, dan sirine.
Pada akhir hari itu, hampir 3.000 orang tewas setelah dua pesawat yang dibajak menabrak Menara Kembar World Trade Center.
Dua pembajakan selanjutnya melihat sebuah jet penumpang menabrak Pentagon yang terletak di Virginia dan satu lagi ke sebuah lapangan di Pennsylvania.
Serangan teroris 11 September itu tetaplah yang paling mematikan dalam sejarah manusia.
Kelompok militan Islam al-Qaeda mengaku bertanggung jawab dan pemimpinnya Osama Bin Laden menjadi orang yang paling dicari di dunia.
Dampak dari serangan tersebut tidak bisa diremehkan, hari yang menentukan itu mengubah dunia.
Bagaimana serangan itu dapat mengubah dunia dalam lima cara hingga membentuk dunia tempat kita hidup saat ini.
Amerika pergi berperang
Setelah serangan 11 Septmbe ritu, Presiden George W. Bush mendeklarasikan jenis perang baru yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya.
Dalam kata-katanya sendiri, itu adalah Perang Global Melawan Terorisme 'melawan semua orang yang berusaha mengekspor teror, dan perang melawan pemerintah yang mendukung atau melindungi mereka'.
Hanya sebulan setelah serangan, Perang Melawan Teror melihat Amerika dan sekutu koalisinya (termasuk Inggris) menyerang Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban, yang menyembunyikan al-Qaeda dan Bin Laden.
Pada bulan November, ibu kota Kabul telah jatuh dan kehadiran Amerika selama dua puluh tahun dimulai di Afghanistan.
Pemerintahan Bush kemudian menginvasi Irak pada tahun 2003, dengan menyebut negara di bawah Saddam Hussein itu sebagai 'sponsor terorisme'.
Perang Irak membagi opini dan suara-suara perbedaan pendapat berangsur-angsur semakin keras.
Dukungan untuk Perang Melawan Teror berkurang selama tahun-tahun mendatang karena Amerika melakukan kampanye militer terlama yang berkelanjutan dalam sejarahnya.
Pasukan Amerika dan koalisi akhirnya menarik diri dari Kabul pada Agustus 2021, mengakhiri perang setelah perkiraan biaya $8 triliun dan hampir satu juta orang tewas.
Salah satu warisan 11 September yang paling bertahan lama akhirnya berakhir.
Kebangkitan ISIS
Selama dua dekade terakhir, kehadiran Amerika di Timur Tengah menggeser keseimbangan kekuatan regional yang memicu peristiwa seperti Musim Semi Arab dan mengarah pada kebangkitan Negara Islam yang dikenal sebagai ISIS atau Daesh.
Kelompok teror muncul dari sisa-sisa al-Qaeda di Irak dan mengambil keuntungan dari ketidakstabilan yang berkembang di wilayah yang disebabkan oleh invasi Amerika.
Pengaruh mereka dengan cepat menyebar ke Suriah dan pada tahun 2014, kelompok tersebut mengklaim pembentukan kekhalifahan yang membentang dari Aleppo di Suriah hingga Diyala di Irak.
Dipicu oleh media sosial, ISIS memperluas pengaruh dan jaringannya di seluruh dunia saat serangan teror terjadi di Manchester, London, Mesir, Paris dan Orlando.
Amerika memimpin koalisi Kurdi Suriah dan Arab yang dikenal sebagai Pasukan Demokrat Suriah bersama dengan Pasukan Keamanan Irak untuk secara bertahap mendorong ISIS kembali dan merebut kembali kota-kota dan posisi-posisi utama.
Meskipun kekhalifahan ISIS sudah tidak ada lagi, sel teror tersebut tetap aktif hingga hari ini, baru-baru ini melakukan serangan di bandara di Kabul saat evakuasi pasukan AS dan NATO pada Agustus 2021.
Sekitar 170 warga sipil Afghanistan kehilangan nyawa bersama dengan tiga belas warga Amerika.
Keamanan bandara berubah selamanya
Sebelum 11 September, perjalanan bandara jauh lebih cepat dan tidak membuat stres.
Namun, itu juga jelas lebih berbahaya karena teroris al-Qaeda menunjukkan betapa mudahnya membawa senjata mentah ke dalam pesawat dan membajak kokpit.
Serangan 11 September mengakhiri hari-hari garis keamanan pendek, bagasi check-in tidak dipindai dan keluarga melambaikan tangan kepada orang yang dicintai di dekat gerbang.
Kini pemeriksaan latar belakang pada semua karyawan bandara menjadi wajib, tiket penumpang dan ID sekarang diperlukan untuk mendekati pesawat, detektor logam usang diganti dengan pemindai seluruh tubuh.
Tidak hanya itu, pintu kokpit dikunci dan diperkuat, petugas keamanan menjadi hal penting dan pemeriksaan keamanan terhadap penumpang ditingkatkan ke tingkat yang baru.
Anda tidak lagi dapat membawa cairan dalam jumlah besar ke dalam pesawat atau melewati area pemeriksaan bandara tanpa melepas sepatu, ikat pinggang, laptop, kamera, Ipad, dll.
Pemeriksaan di tempat termasuk pat-down dan pemeriksaan bagasi menjadi hal yang biasa.
Dunia perjalanan maskapai telah menjadi urusan yang lebih aman tetapi lebih lama dan lebih mengganggu.
Ketakutan dan prasangka menguasai
Setelah serangan 11 September, serangan balas dendam terhadap Muslim terlihat di seluruh Amerika dan sekitarnya.
Ada lonjakan profil rasial dan diskriminasi di seluruh dunia.
Ketakutan menguasai dan Islamofobia tumbuh ketika persepsi publik tentang Islam dan Muslim ternoda oleh tindakan kekerasan beberapa orang.
Prasangka menjadi begitu lumrah sehingga para politisi bahkan harus mengklarifikasi antara seorang Muslim dan seorang teroris.
'Perang kita melawan kejahatan, bukan melawan Islam', Presiden Bush pernah berkata demikian.
Pengumpulan data dan pengawasan berubah
Sebelum pesawat menabrak World Trade Center, keseimbangan antara privasi pribadi dan keamanan nasional lebih seimbang.
Namun, setelah hari itu berakhir, komunitas penegak hukum dan intelijen disalahkan karena tidak mencegah serangan.
Amerika berusaha keras untuk memastikan serangan 11 September tidak pernah terjadi lagi dan dalam prosesnya, batas antara privasi dan 'kebaikan negara' menjadi sangat kabur.
Seperti kata pepatah, 'ketika Amerika bersin, dunia masuk angin', dan pengumpulan data menjadi normal baru ketika pemerintah di seluruh dunia mulai mengumpulkan data pribadi dari miliaran orang untuk kepentingan keamanan nasional.
Invasi hak perlindungan privasi dan pengenalan program pengawasan massal adalah akibat langsung dari peristiwa 11 September 2001.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari