Penulis
Intisari-online.com -Dunia telah menyaksikan beberapa serangan teroris paling mengerikan.
Beberapa contohnya adalah serangan 9/11 dan juga serangan teroris Bom Bali 1.
Namun ada juga serangan teroris yang berhasil digagalkan.
Melansir history.co.uk, serangan itu adalah rencana serangan ledakan 7 pesawat di atas Samudra Atlantik menggunakan bahan peledak cair yang disamarkan sebagai minuman rasa-rasa.
Rencana tersebut berhasil digagalkan oleh kepolisian Inggris, lewat operasi terbesar mereka yang menuntun kepada para konspirator ditangkap tepat waktu.
Mereka juga bukan kelompok amatir yang mengincar Inggris.
Salah satu laporan berita secara gamblang menggambarkan rencana mereka sebagai 'upaya Al-Qaeda paling ambisius untuk menarget pihak Barat sejak 9/11'.
Pemimpinnya adalah Abdulla Ahmad Ali, yang membenci dunia Barat sebagian besar karena pengalamannya bekerja di kamp pengungsian antara perbatasan Pakistan-Afghanistan.
Wilayah itu juga yang dikenal sebagai tempat lahirnya Al-Qaeda.
Siapa sangka, lahirnya kelompok teroris paling berbahaya tersebut disebabkan oleh konflik tak terduga di abad ke-20: serangan Uni Soviet ke Afghanistan tahun 1979.
Hal ini terjadi ketika puncak revolusi Komunisme di Uni Soviet, yang menyebabkan kekacauan ketika para radikal mereformasi rezim baru Marxist-Leninist.
Hal itu menyebabkan konflik dengan populasi Muslim.
Para pembangkang ditindas, dipenjara dan bahkan dieksekusi, sementara di tengah pertempuran para pemimpin komunis yang baru memimpin itu putus asa ingin mengirimkan pasukan ke Afghanistan.
Yang mengikuti selanjutnya adalah situasi canggung yang sering disebut Vietnam-nya Uni Soviet.
Hal ini berarti Afghanistan sudah bagaikan Vietnam bagi Uni Soviet, dengan Vietnam yang dirujuk adalah kondisi Vietnam pasca perang Vietnam dibantu oleh Amerika Serikat (AS).
Pasukan Rusia terjebak dalam medan perang gerilya dengan kelompok Muslim yang dikenal sebagai Mujahidiin.
Hal ini menjadi titik penting di Perang Dingin, dengan AS mulai secara rahasia mendanai mujahiddin melawan Uni Soviet lewat program rahasia CIA bernama Operasi Siklon.
Pejuang Muslim dari luar Afghanistan datang untuk bergabung dalam peperangan tersebut, melihat hal ini sebagai bagian dari jihad yang harus mereka lakukan.
Mereka dikenal sebagai warga Arab Afghanistan, dan salah satu dari mereka adalah pria kaya raya dari dinasti bisnis Arab Saudi yang menjanjikan.
Pria itu tak lain adalah Osama bin Laden, yang menggunakan kekayaannya dan koneksi serta relasinya untuk melanjutkan perjuangan.
Sudah menjadi bagian desas-desus, atau pengetahuan di Timur Tengah bahwa beberapa dana CIA masuk ke tangan kelompok Osama bin Laden, menunjukkan bahwa ia bagaikan monster Frankenstein yang tidak sengaja dibentuk oleh kecurangan Barat.
Mantan Menteri Luar Negeri Inggris Robin Cook secara eksplisit menggaris bawahi versi peristiwa ini di media cetak, menyebut Osama bin Laden sebagai 'produk kesalahan perhitungan yang fatal oleh agensi intelijen barat', dan mengatakan bahwa 'entah kenapa, tidak tampak bagi Washington bahwa sekalinya Rusia pergi, organisasi bin Laden akan mulai memusatkan perhatian menyerang barat.'
Namun ada pendapat lain bahwa hal ini adalah semacam 'mitos ', seperti menurut jurnalis dan analis keamanan Peter Bergan.
"Bin Laden memiliki uangnya sendiri," ujar Bergan.
"Ia juga dulunya anti-Amerika dan beroperasi secara rahasia dan independen."
Mantan agen CIA Marc Sageman yang juga bertugas mempertahankan pendanaan AS hanya masuk ke warga Mujahidiin Afghanistan asli, mengatakan 'Tidak ada pejabat AS pernah kontak dengan relawan asing…. Mereka punya sumber uang sendiri… dan mereka membuat kesepakatan sendiri dengan berbagai pemimpin kelompok pertahanan Afghanistan."
Apapun kenyataan sebenarnya, konflik Soviet-Afghanistan yang diperburuk oleh CIA, menyediakan sarana bagi bin laden.
Ia membantu mendirikan organisasi bernama Maktab al-Khidamat (MAK), yang membuka kantor sampai sejauh Brooklyn, New York.
Organisasi itu digunakan untuk menggalang dana dan menyalurkan dana ke perang di Afghanistan.
MAK umumnya dianggap penerus Al-Qaeda, dan MAK juga didirikan bersama bin Laden juga 4 tahun kemudian di tahun 1988.
Bin Laden berupaya mengalahkan Barat dan menyatukan negara-negara Muslim untuk membentuk negara kekhalifahan di bawah hukum Syariah, yang semakin menguat tahun 90-an.
Namun, walaupun ada sejumlah serangan Islamis pada tahun-tahun itu, termasuk serangan ke WTC tahun 1993 yang membunuh 6 orang, dan pengeboman dua kantor kedubes AS di Afrika 1998, agen intelijen AS salah langkah oleh kekejaman ancaman baru.
Gampangnya mereka gagal menanggapi peringatan dengan serius, dan seperti kata sejarawan Steve Coll, "Sumber daya yang dipakai negara itu untuk mencegah terorisme al-Qaeda tidak sesuai dengan skala ancaman".
Mantan analis CIA Cynthia Storer menyimpulkan keseluruhan cerita: "Di akhir Perang Dingin, dimulainya organisasi teroris Sunni internasional ini adalah sesuatu yang tidak pernah dibayangkan orang-orang, karena orang Arab tidak bisa bekerja sama, dan orang-orang ini adalah sekelompok pria mengenakan turban yang berperang di pegunungan Afghanistan."