Advertorial

Kini Menginfeksi Seluruh Dunia, Inilah Perbedaan Covid-19 Varian Delta dari Covid-19 'Biasa' dan Persamaannya yang Tidak Anda Sangka

May N

Editor

Intisari-online.com -Varian Delta kini menjadi varian dominan yang menyebabkan sakit Covid-19 di dunia terutama di Indonesia.

Lantas bagaimana perbedaan varian Delta dengan Sars-CoV-2 penyebab Covid-19?

Varian Delta dikenali pertama kali di India Desember 2020, dan menyebar sangat cepat dan luas.

Warga yang tidak divaksinasi menjadi sasaran utama infeksi, menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 terjadi di Indonesia dan rumah sakit (RS) kewalahan karena kelebihan kapasitas.

Baca Juga: Jangan Langsung Senang Jika SudahDua Kali Divaksin, Ternyata Kita MasihBisa Terpapar Covid-19, Tapi Ini yang Membedakan Kitadengan Orang yang Belum Divaksin

Berikut adalah beberapa perbedaan dan persamaan antara varian Delta dan virus awal penyebab Covid-19 melansir thehealthy.com.

Varian Delta lebih menular

Salah satu hal paling mengkhawatirkan mengenai varian Delta adalah varian ini menyebar lebih mudah daripada versi sebelumnya.

Rata-rata satu orang dengan virus asli Covid-19 dapat menginfeksi 2.5 orang lain.

Baca Juga: Menolak Kalah dari Covid-19, Warga di Surabaya Sulap Sampah Jadi 'Delta Robot' Pengantar Kebutuhan Isolasi Mandiri Tetangga Sekitar, Beritanya Sampai Disorot Berbagai Media Asing

Sementara Delta dikenal menular ke 5-8 orang lain, ujar Ravina Kullar, PharmD, juru bicara Ikatan Penyakit Menular Amerika (IDSA) yang juga staf pengajar di David Geffen School of Medicine UCLA.

Menurut dokumen internal CDC yang dilaporkan oleh The New York Times, varian Delta sama menularnya dengan cacar air dan lebih menular daripada MERS, SARS, Ebola, flu biasa, virus flu tahunan dan cacar.

Varian Delta tidak seefisien dalam mutasi seperti HIV, virus penyebab AIDS.

Delta akan menyebabkan penularan terobosan lebih banyak

Baca Juga: Varian Delta Menyebar Cepat, China Beri Izin Uji Coba Campur Vaksin Buatannya dengan Vaksin Asal AS

"Jika Anda divaksinasi, Anda kemungkinan kecil tidak akan sakit parah tapi Anda masih mungkin terinfeksi dibandingkan dengan Covid-19 varian sebelumnya," ujar Aaron Glat, MD, juru bicara IDSA dan kepala penyakit menular di Gunung Sinai South Nassau di New York.

Serta hal itu hanyalah hasil dari angka yang lebih tinggi secara keseluruhan.

Infeksi pada orang yang telah divaksinasi disebut infeksi terobosan.

Saat ini, infeksi terobosan mewakili hanya 0.01% dari semua infeksi Covid-19.

Baca Juga: Putus Asa Hadapi Varian Delta, China yang Sesumbar Bisa Paling Cepat Atasi Covid-19 Kini Sampai Hukum Para Pejabat Karena Gagal Atasi Penularan Wabah Baru, Efektifkah?

Perbandingan itu kemungkinan tidak berubah, tapi karena infeksi keseluruhan meningkat, maka jumlah infeksi pada warga yang divaksin akan meningkat.

Vaksin masih bisa melindungi Anda

Data yang tersedia masih data awal tapi tampaknya 2 dosis vaksin mRNA Pfizer efektif 88% melawan gejala Covid-19.

Baca Juga: Tekan Penyebaran Covid-19, Pemerintah Hadirkan Vaksin, Panduan PPKM, dan Perayaan HUT RI Secara Virtual

Angka itu turun dari efikasi 95% yang didapat dari vaksin yang sama melawan varian sebelumnya, tapi masih tinggi,

Sementara vaksin Moderna juga efektif melawan Delta, lebih tinggi daripada Pfizer, ujar John Zaia, MD, direktur Pusat Terapi Gen City of Hope di Duerte, California.

Satu suntikan Johnson & Johnson kurang efektif melawan Delta, tapi masih bagus mencegah dirawat di RS dan bahkan kematian, seperti halnya Pfizer dan Moderna.

Booster akan diperlukan suatu hari nanti

Baca Juga: Viral Influencer Dapat Vaksin Booster yang Harusnya untuk Nakes, Data WHO Ini Beberkan Banyak Nakes di Indonesia Belum Divaksinasi Sama Sekali, Papua Jadi Sorotan

BPOM AS sudah mengizinkan penggunaan darurat suntikan booster ketiga dari Pfizer dan Moderna untuk orang dengan sistem imun melemah, termasuk para penerima donor organ.

Warga immunocompromised (warga dengan gangguan seperti kanker dan sebagainya) tidak merespon vaksin dengan baik dan berada di risiko tinggi penyakit yang parah dan kematian dari Covid-19.

Itulah sebabnya perlu booster yang bisa meningkatkan perlindungan pasien kanker dan sebagainya.

"Booster bisa menawarkan bagi orang immunocompromised perlindungan yang sama dengan sistem imun yang dimiliki orang yang divaksin," ujar LaTasha Perkins, MD, dokter keluarga di Washington, D.C.

Baca Juga: Tak Bisa Tutup Mata Lagi Soal Vaksin Sinovac yang Kalah Lawan Varian Baru, Benarkah Indonesia Siapkan Suntikan Booster Vaksin Covid-19? Rupanya Ini Data Imunitas yang Bikin Ahli Ketar-ketir

Orang yang divaksin masih bisa menularkan Delta

Faktanya, orang yang divaksin mungkin masih lebih menular mengingat viral load dari Delta bisa 1000 kali lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya, menurut satu penelitian di jurnal Genomic Epidemiology.

"Delta telah meningkatkan jumlah virus yang muncul di tenggorokan dan hidung Anda," ujar Dr. Zaia.

Kondisi itu ada baik untuk warga yang divaksin atau tidak divaksin.

Baca Juga: Banyak Negara Meragukannya, Negara Asean Ini Justru Puji Habis-habisan Vaksin China dan Akan Terus Menggunakannya

Namun perbedaannya orang yang divaksin masa penularannya jauh lebih pendek daripada orang yang tidak divaksin.

Artikel Terkait