Penulis
Intisari-Online.com -Saat ini, China tengah menghadapi tantangan terbesarnya sejak virus pertama kali meletus di kota Wuhan di China tahun lalu, setelah varian delta menyebar dengan cepat.
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah China berjuang dengan wabah sporadis di berbagai provinsi.
Agar bisa membasmi kebangkitan Covid-19 China dengan cepat, Beijing memobilisasi ribuan orang untuk menguji dan melacak infeksi, serta mengunci komunitas secara parsial.
Di tengah menyebarnya varian Delta, China disebut memberikan izin uji coba percampuran vaksin Covid-19.
Uji coba nantinya bakal melibatkan Sinovac, yang menggunakan virus tidak aktif, dengan Inovio, vaksin asal AS yang dikembangkan memakai metode DNA.
Kabar itu diembuskan Advaccine Biopharmaceuticals Suzhou, mitra uji Inovio yang berbasis di China.
Chairman Advaccine Wang Bin menyatakan, hasil pra-klinis menunjukkan mencampur dua vaksin itu memberikan respons imun yang lebih kuat.
Terdapat beberapa tipe pengembangan vaksin Covid-19, seperti memakai virus yang dilemahkan untuk menghasilkan kekebalan, seperti diwartakan AFP Rabu (11/8/2021).
Kemudian vaksin berbasis DNA dan RNA yang lebih canggih, memakai kode genetik virus corona yang direkayasa untuk membentuk protein pemicu imun.
Sebanyak lima dari tujuh vaksin yang mendapatkan izin penggunaan di China memakai teknologi pelemahan virus.
Namun, vaksin dengan teknologi itu disebut kalah dari vaksin berbasis RNA yang dikembangkan Pfizer maupun Moderna, yang efikasinya terhadap pra-varian Delta disebut mencapai 90 persen.
Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerangkan sampai saat ini, belum ada yang menyebut mencampur dua vaksin Covid-19 bisa memberikan efek lebih bagus.
Inovio sendiri belum mengeluarkan hasil uji klinis kemanjuran vaksin mereka, dan menjadi vaksin berbasis DNA pertama yang diterima di China.