Intisari-Online.com – Anda pasti membayangkan senapan, peluru, tank, pistol, dan sederetan senjata berat lain yang digunakan di medan perang.
Atau pedang, tombak, ketapel, busur, ini beberapa senjata standar yang lebih sering digunakan di masa lalu.
Namun, serangan yang tak terduga sering kali membuat mereka yang berada di medan perang menggunakan senjata apa saja untuk melawan musuh.
Berikut ini beberapa contoh improvisasi senjata di medan perang yang paling menarik dan mungkin Anda pikir ini tidak biasa:
Orang Persia gunakan kucing melawan orang Mesir
Mesir menganggap kucing sebagai sesuatu yang dianggap suci.
Selama ribuan tahun peradaban hubungan orang Mesir dengan kucing bahkan berasal dari popularitas Bastet, dewi kucing.
Biasanya baik hati, namun dia menjadi kasar dan pendendam ketika kucing disakiti atau dianiaya, sampai-sampai orang akan bergegas menyelamatkan kucing terlebih dahulu baru manusia bila sebuah gedung terbakar.
Ketika kekaisaran Persia akan menyerang Yunani, mereka mengetahui pemujaan kucing dan menggunakannya untuk keuntungan mereka dalam pertempuran untuk kota Pelusium di Mesir selama invasi Persia.
Orang Persia melukis gambar Bastet di perisai mereka dengan membawa kucing dan hewan suci lainnya dalam pertempuran.
Orang Persia tidak bisa melemparkan rudal ke Persia karena takut melukai kucing suci.
Begitu Persia berhasil melewati tembok, pertempuran berubah menjadi huru-hara dengan penebasan orang Mesir yang malang atau mereka melarikan diri.
Tentu saja kemenangan ini menjadi milik Persia, sehingga menumbuhkan kekuatan kekaisaran kuno yang besar.
Amunisi ketapel yang aneh: ular, kalajengking, mayat
Ini terjadi mulai dari India hingga pulau Malta.
Biasanya, batu adalah benda yang paling masuk akal untuk dilempar dari ketapel, tetapi benda lain juga bisa digunakan.
Makhluk-makhluk bisa beracun sangat sulit dan berbahaya untuk dikumpulkan, tetapi itu bisa menimbulkan kehancuran yang mengerikan pada musuh.
Melayani di Bitinia di Turki utara, Hannibal keluar dari pengasingannya dari Carthage melayani raja-raja asing.
Dalam pertempuran laut melawan kekuatanbesar Pergamon, Hannibal memimpin armada yang kalah jumlah melawan Eumens II.
Hannibal kemudian menyuruh anak buahnya mengumpulkan ular paling beracun di wilayah itu ke dalam pot tanahliat dan mengirim pesan ke Eumenes.
Pesan itu sebenarnya merupakan penghinaan pribadi yang ditujukan pada Eumenes agar Hannibal dapat melihat di mana kapal komandan berada.
Dia mengirim perintah agar semua pot dilempar ke kapal Eumenes.
Musuh menertawakan pot tanah liat yang pecah digeladak mereka, namun panik saat ular-ular menerjang apa pun yang bergerak.
Hannibal pun mampu menyelesaikan sisa pertempuran dengan relatif mudah.
Pada awal ekspansi Arab, kekhalifahan terjebak dalam pengebungan terhadap kota Nusaybin, sekarang di tenggara Turki.
Jenderal Arab memperhatikan bahwa beberapa anak buahnya mengalami kematian yang mengerikan dan menyakitkan akibat kalajengking.
Baca Juga: Trenyuh dengan Bantuan TNI, Mantan Pejuang Timor Timur Ini Serahkan Dua 'Senjata Perang' ke TNI
Lalu dia memutuskan untuk mengumpulkan setiap kalajengking yang bisa ditemukan, ke dalam toples kaca atau tanah liat dan melemparkannya ke tembok kota.
Dengan mudahnya musuh jatuh ke serangan Arab berikutnya karena anggota pasukan mereka teracuni bahkan mengalami kematian.
Utsmani tidak menunjukkan belas kasihan sama sekali sebagai balasannya.
Dalam Pengepungan Ottoman di Malta, komandan Ottoman bahkan menyalibkan dan melempar tubuh mereka ke teluk.
Sebagai tanggapan, komandan garnisun Malta memenggal kepala para tahanan Utsmaniyah yang mereka miliki, memasukkan mereka ke dalam meriam dan menembakkannya.
Tentu saja banyak kerusakan yang terjadi, namun tindakan itu sebagai peringatan bahwa mereka akan berjuang sampai akhir.
Ottoman melawan Inggris dengan meriam berusia 400 tahun
Pada masa Ottoman, mereka mengklaim bahwa penangkapan Konstantinopel dengan menggunakan meriam raksasa.
Salah satu meriam raksasa mereka, yang dikenal sebagai Dardanelles Gun, karena perannya menjaga selat, membantu menangkal serangan angkatan laut Inggris.
Mungkin terdengar meriam biasa saja, namun invasi terjadi pada tahun 1807, lebih dari 400 tahun setelah konstruksi meriam ini.
Sebuah ketapel berusia 400 tahun di zaman kuno mungkin masih bisa menemukan tempat yang bagus, tetapi teknologi mesiu bergerak lebih cepat.
Delapan kapal modern Inggris berlayar dengan berani ke selat yang membuat Ottoman panik, lalu memasukkan logam apa pun yang mereka bisa ke dalam meriam besar dan menembak membabi-buta.
Ternyata meriam raksasa itu masih bisa digunakan bahkan ledakannya menimbulkan banyak korban jiwa.
Inggris pun mundur tanpa menyebabkan banyak kerusakan, kemenangan yang telah lama ditunggu-tunggu untuk perancang meriam Munir Ali.
Bangau raksasa Archimedes
Archimedes lebih dikenal sebagai ahli matematika yang hebat.
Namun, dia juga membuat frustasi bagi Republik Romawi yang sedang tumbuh selama Perang Punisia Kedua.
Archimedes tinggal di Syracuse, dan menjadi tempat peralihan dari Roma ke Kartago, sehingga menghadapi pengepungan di darat dan laut oleh orang Romawi.
Pemandangan kota itu mengerikan dengan jumlah pasukan yang tidak sebanding dengan pasukan Romawi yang besar dan jenderalnya berpengalaman.
Archimedes, seorang jenis yang lebih dari sekadar matematika, ia cukup berbakat untuk merekayasa dan membangun beberapa perangkat untuk menangkal serangan Romawi.
Metode yang dibuatnya ini fantastis namun benar-benar ada.
Disebut cakar, Archimedes merancang bangau raksasa yang menggantung di dinding laut, memiliki serupa pengaitu atau tangan cakar di ujung tali.
Cakar ini akan ditarik ke atas kapal-kapal Romawi yang menyerang tembok.
Pengungkitan dan kekuatan derek yang begitu besar membuat kapal Romawi diangkat keluar dari air yang menewaskan banyak orang Romawi karena benturan.
Akhirnya tentara Romawi mampu menyerbu kota, dengan melewati banyak kesulitan karena Archimedes.
Beberapa sumber menyebutkan dia kemudian dibunuh oleh orang Romawi yang mengenalinya dan melampiaskan kemarahan pada orang yang membunuh banyak rekan mereka, sementara sumber lain mengatakan bahwa dia dibunuh karena menolak meninggalkan pekerjaannya.
Ketapel dengan rambut wanita
Sebelum pengepungan terakhir Kartago dalam Perang Punisia Ketiga, Romawi membuat tuntutan dari Kartago yang rusak parah untuk menjaga perdamaian.
Baca Juga: Pesawat Tanpa Awak Makin Ungguli Jet Tempur, Ini Daftar 10 Drone Tempur Terbaik di Tahun 2020
Karena takut melawan Roma yang kuat, Kartago memenuhi tuntutan Romawi, bahkan menyerahkan semua senjata, pedang, senjata pengepungan, dan baju besi mereka.
Namun, orang Kartago menyadari bahwa orang Romawi tidak akan berhenti sampai mereka berhasil menguasai kota itu, maka penduduk Kartago memutuskan untuk berperang.
Kota itu pun mulai bekerja membuat senjata dan baju besi.
Para wanita mencukur rambut mereka, lalu digunakan sebagai pegas ketegangan untuk ketapel.
Banyak bangunan dihancurkan dengan amunisi ketapel, dan dibuat shift untuk jadwal 24 jam di bengkel.
Orang-orang Kartageo akhirnya musnah, tetapi mereka melakukan pertarungan epik sampai akhir.
Kipas perang Jepang
Kipas perang jepang menjadi salah satu perlengkapan dan senjata samurai.
Prioritas utama kipas sebenarnya membuat para prajurit tetap tenang dalam operasi militer.
Namun, ternyata kipas itu dibuat lebih kuat dengan membuat tulangan yang biasanya dari kayu, tetapi ini dari besi.
Kipas yang diperkuat ini berbentuk seperti kipas yang dilipat, namun dibuat dari logam padat yang selalu terbuka.
Kipas relatif digunakan berkali-kali, dan ini digunakan terakhir ketika seorang prajurit dilucuti senjatanya.
Kini, seni bela diri yang menggunakan kipas perang ini dikenal sebagai Tessenjutsu.
Sedikit praktis tetapi unik dan tidak terduga sehingga cenderung sangat efektif.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari