Intisari-online.com -Sebagai negara yang menangkap Presiden Irak Saddam Hussein, Amerika Serikat (AS) memerlukan aksi intelijen untuk mendukung penangkapan dan penghukumannya.
Itulah sebabnya Badan Intelijen AS (CIA) diikutkan untuk mendapatkan informasi dari Presiden Irak tersebut.
CIA menurunkan seorang ahli bernama John Nixon yang sudah mempelajari Saddam Hussein sejak bergabung dengan CIA pada 1998.
Melansir Kompas.com dari BBC Nixon berperan mengumpulkan pengetahui tentang para pemimpin dunia.
Ia juga bertugas menganalisis karakter mereka.
"Ketika krisis terjadi, pembuat kebijakan datang kepada kami dengan pertanyaan mengenai siapa orang ini, apa yang mereka inginkan, mengapa mereka melakukan ini," kata Nixon.
Awalnya ia mendapatkan tugas menyelidiki Saddam Hussein karena kedapatan ia berada di Irak saat Saddam Hussein ditemukan pasukan AS.
Saddam Hussein saat itu ditemukan di sebuah lubang kecil di bawah tanah sebelah peternakan di kota Tikrit, kota kelahirannya.
AS ingin seseorang memastikan apakah ia memang benar Saddam Hussein pemimpin Irak.
Nixon menjadi sosok tersebut.
Rupanya ada desas-desus yang beredar di masyarakat saat itu.
Dikabarkan Saddam Hussein memiliki sejumlah kembaran.
Mereka sengaja didandani mirip dengannya guna mengecoh publik.
Akan tetapi, Nixon, yang meninggalkan CIA pada 2011, mengatakan, "Tiada ada keraguan bahwa begitu saya melihatnya, memang benar itu dia.
"Saat saya mulai berbicara dengannya, dia memasang ekspresi wajah yang sama persis dengan wajah Saddam dalam buku yang selama bertahun-tahun ada di meja saya. Kejadian itu melampaui mimpi," ujar Nixon.
Nixon segera menjadi peran sebagai interogator.
Namun interogasi Nixon malah membuat hubungannya dengan Presiden AS saat itu, George W Bush, rusak.
Nixon malah dianggap gagal oleh presiden AS saat itu, George W Bush.
Nixon tidak mendapat undangan untuk menjelaskan kepada Presiden Bush sampai lima tahun kemudian yaitu tahun 2008 dengan temuan berbeda mengenai Saddam Hussein dari FBI.
Nixon sangatlah berang dengan tindakan Presiden Bush, bahkan ia lebih memilih menghabiskan waktu dengan mendiang Saddam Hussein.
Nixon mengaku "malu" atas apa yang terjadi di Irak sejak penggulingan Saddam.
Ia juga jadi orang pertama yang menanyai Saddam Hussein secara panjang lebar berhari-hari.
"Saya harus mencubit diri saya sendiri ketika menyadari bahwa saya menanyai orang yang paling dicari di dunia, seperti tidak masuk akal," kata Nixon.
Hasil interogasinya itu melahirkan buku berjudul Debriefing the President: The Interrogation of Saddam Hussein.
Buku itu menggambarkan mendiang Saddam Hussein sebagai pribadi yang sarat dengan kontradiksi.
Ada sisi manusia yang dilihat Nixon dari presiden Irak itu, yang tidak disampaikan media-media di AS.
"Dia adalah salah satu individu paling berkarisma yang saya pernah temui. Ketika dia sedang ingin, dia bisa mengesankan, baik, lucu, dan santun," turur Nixon.
Namun, Saddam juga bisa menunjukkan sisi kelam.
Menurut Nixon, Saddam sebagai orang yang kasar, arogan, serta menyeramkan ketika habis kesabaran.
"Ada dua atau tiga kesempatan ketika pertanyaan saya membangkitkan sisi buruknya," ujar Nixon.
Saddam Hussein diinterogasi di kursi lipat terbuat dari logam di sebuah ruangan yang kecil dan gelap dengan ditemani Nixon, juru tes poligraf dan penerjemah di ruangan tersebut.
Ternyata, Saddam Hussein adalah orang yang narsis.
"Dia menyukai interaksi yang dia dapatkan dengan berbicara kepada saya," kata Nixon lagi.
Hal itu disampaikan oleh Saddam Hussein seusai sesi interogasi pertama tepatnya ketika Nixon berupaya menjalin keakraban dengan Saddam Hussein.
"Dia telah bersembunyi selama berbulan-bulan dan tidak banyak bercakap-cakap," kata Nixon.
Keadaan awal itu merupakan hal yang positif, tetapi keesokan harinya Saddam "menjadi lebih curiga".
"Dia adalah salah satu orang yang paling banyak menaruh curiga yang saya pernah temui. Setiap pertanyaan yang saya ajukan, dia balas bertanya."
Nixon mengaku CIA tidak punya banyak hal untuk ditawarkan kepada Saddam agar dia berbicara.
"Kami harus mengingatkan bahwa ucapan dan pandangan-pandangannya akan dicatat sejarah dan didengarkan oleh penguasa-penguasa tertingi di dunia," kata Nixon.
Nixon bekerja menurut panduan CIA dengan menanyakan beberapa hal yang harus ditanyakan kepada Saddam Hussein, kemudian topik lainnya boleh bebas dipilih Nixon.
"Saya tahu saya harus berupaya mendapat jawaban. Selama bekerja untuk dinas (CIA), Anda diajarkan bagaimana menarik keterangan dari narasumber dan membuat mereka menjadi aset yang berpotensi," kata Nixon.
Nixon pun menambahkan, "Namun, Anda harus sangat berhati-hati karena Anda tidak ingin muncul risiko kegagalan menarik informasi penting dengan menyentuh topik tertentu menggunakan cara yang salah."
Topik yang sangat penting untuk ditanyakan adalah keberadaan senjata pembunuh massal (WMD).
AS dan Inggris mencurigai Irak memiliki WMD dan menggunakan kecurigaan itu untuk melancarkan perang.
Jawaban Saddam Hussein membuat Nixon berkesimpulan presiden Irak itu sudah menghentikan program nuklir Irak beberapa tahun sebelumnya, serta tidak berniat memulainya kembali.
Kata Nixon, Presiden Bush "terisolasi dari kenyataan" bersama para penasihat yang "mengelilinginya dan mengangguk tanda sepakat".
"Saya dulu berpikir bahwa apa yang kami katakan di CIA berguna dan presiden akan mendengar. Namun, tidak penting apa yang kami katakan, politik melampaui intelijen."