Intisari-Online.com -NamaNayirahsempat menjadi perbincangan hampir seantero dunia pada saat Perang Teluk II berkecamuk antara Irak dan Kuwait.
Hampir seluruh dunia, mungkin hanya Irak yang tidak, sangat tersentuh oleh apa yang ceritakannya.
Tak hanya anggota Kongres Amerika Serikat yang 'terpukau' oleh penuturannya, media massa pun bak kehilangan nalarnya saat Nayirah berbicara.
Sosok Saddam Husein, sang pemimpin Irak, saat itu pun benar-benar tercoreng akibat pernyataan gadis yang saat itu beru berusia 15 tersebut.
Dia menjadi sasaran kebencian masyarakat seantero Bumi usai Nayirah secara mengejutkan muncul di Kongres Hak Asasi Manusia pada 10 Oktober 1990.
Sambil berlinang air mata, gadis yang nama belakangnya sempat dirahasiakan tersebut menuturkan kekejaman tentara Irak kepada masyarakat sipil Kuwait.
Seperti ketahui, dalam Perang Teluk II yang dimulai pada 2 Agustus 1990 tersebut, Irak menginvasi dan berniat menganeksasi Kuwait.
Sang gadis menceritakan dirinya melihat langsung kekejaman tentara Irak, termasuk salah satu yang paling membuat Saddam Husein sempat menjadi musuh nomor 1 penduduk Bumi.
Dalam kesaksiannya yang disebut penuh trauma, dirinya mengisahkan tentara Irak menyerbu Rumah Sakit Al Adan di Kuwait di mana dirinya menjadi perawat sukarela.
Saat itu, dia mengaku melihat tentara Irak mengeluarkan 312 bayi yang masih dalam perlindungan inkubator.
Bukan untuk dipindahkan atau diselamatkan dari dampak perang, Nayirah menyebut bayi-bayi tersebut justru dibiarkan mati di lantai yang dingin.
“Jika keponakan saya lahir prematur, dia akan meninggal hari itu juga,” kata Nayirah di sebuah ruangan wartawan, suaranya bergetar.
Kesaksiannya benar-benar membekas di hati orang-orang yang mendengarnya, baik para awak media maupun para senator AS.
Kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International pun turut menggemakan laporan sang saksi mata tersebut.
Masyarakat AS, yang saat itu tengah terpecah terkait apakah AS perlu atau tidaknya AS melakukan intervensi dalam Perang Teluk pun terdampak.
Jika sebelumnya jumlah warga yang mendorong intervensi hanya mencapai 17%, usai Nayirah muncul lewat 'kesaksiannya', jumlahnya melonjak mencapai 41 persen.
Kongres AS pun menjadi pihak yang 'tersentuh' oleh ucapan-ucapan dan tetesan-tetesan air mata Nayirah.
Pada 12 Januari 1991, beberapa bulan usai sang gadis memberikan kesaksian, melakukan sebuah pemungutan suara.
Hasilnya, sebanyak 52 anggota senat mendukung invasi AS ke Irak. Sementara jumlah anggota yang menolak 'hanya' 42 orang.
Presiden George H. W. Bush pun kemudian tidak mau menyianyiakan dukungan warga dan senat tersebut.
Amerika Serikat, yang awalnya hanya berani mengutuk invasi Irak ke Kuwait akhirnya memutuskan untuk terjung langsung pada 17 Januari 1991.
Tentara-tentara terbaik AS pun kemudian sukses membuat pasukan-pasukan terbaik Irak tertekan.
Sebanyak ratusan ribu tentara Saddam Husein harus meregang nyawa dalam intervensi yang diakhiri dengan gencatan senjata pada 28 Februari 1991 tersebut.
Rakyat AS pun bersuka cita akan keberhasilan tentaranya. Walau pada akhirnya berakhir kegetiran mendalamhanya beberapa hari berselang.
Pada Maret 1991, usai tentara AS berhasil membantai pasukan Irak, reporter ABC, John Martin mengungkapkan fakta sebenarnya terkait 'tragedi inkubator'.
Memang ada bayi yang meninggal dunia di rumah sakit, tapi jumlah sebenarnya adalah 19 bayi.
Bayi-bayi ini juga bukan tewas karena dikeluarkan dari inkubator oleh tentara Irak, melainkan tewas karena para petugas medis memilih meninggalkan rumah sakit. Itu pun terjadi sebelum Irak melakukan invasi.
Terkait identitas Nayirah yang menurut Ketua kelompok Kongres, Tom Lantos, dirahasiakan demi melindungi dirinya dan keluarganya dari aksi balas dendam, nyatanya berakhir makin menjijikan.
Faktanya, nama belakang Nayirah, yaitu al-Sabah, dirahasiakan demi melindungi fakta sebenarnya dari siapa dirinya sebenarnya.
Nayirah adalah anak dari seorang Duta Besar Kuwait untuk Amerika Serikat bernama Saud Nasir al-Sabah.
Mengenai tangis putri sang diplomat tersebut yang begitu meyakinkan, pada akhirnya terungkap jelas peran CIA.
Lembaga yang banyak memorak-porandakan negara lain tersebut ternyata benar-benar mempersiapkan kesaksian palsu Nayirah.
Mereka sempat menyuruh Nayirah untuk mengambil sebuah kelas akting, agar pernyataan palsunya bisa benar-benar menyentuh.
Akting yang sempurna dengan dampak yang begitu mengerikan.