Penulis
Intisari-online.com -Dunia selama ini menyalahkan dan menuding China sebagai dedengkot penyebar virus Corona.
Namun tampaknya AS juga mendapatkan tuduhan yang sama.
Dikutip dari Global Times, AS memiliki banyak laboratorium biologi di 25 negara dan wilayah di sepanjang Timur Tengah, Afrika, Asia Tenggara, dan bekas-bekas negara Soviet.
Di Ukraina saja sudah ada 16 laboratorium milik AS.
Beberapa laboratorium ini telah melihat wabah campak skala besar dan penyakit menular berbahaya lainnya, menurut laporan media.
Komunitas internasional telah berulang kali mengatakan kekhawatiran atas aktivitas militerisasi biologis AS di negara lain.
Pada Oktober 2020, Deputi Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev, mengatakan jika aktivitas penelitian di laboratorium anggota Persemakmuran Negara Independen telah membuat khawatir.
AS tidak hanya membangun bio-lab di negara-negara itu, tapi juga mencoba meakukannya di seluruh dunia.
Namun, riset mereka kurang transparan dan menantang aturan komunitas internasional serta organisasi internasional.
Anatoly Tsyganok, anggota koresponden Akademi Ilmu Militer Rusia dan anggota Fakultas Politik Dunia di Universitas Lomonosov Moscow State mengatakan jika tes senjata biologi dan bakteriologi di teritori AS telah dilarang oleh Kongres AS.
Ia mengatakan jika militer AS telah dan masih melakukan tes tersebut di Georgia.
Hal tersebut dilakukan di bawah penyamaran menyediakan orang sakit dengan berbagai vaksin terapi yang dilakukan oleh militer AS dan kontraktor swasta AS di Richard Lugar Center for Public Health Research, ujar Tsyganok.
Pada Desember 2015, 30 pasien di pusat penelitian yang dirawat untuk hepatitis C meninggal, 24 dari mereka meninggal di hari yang sama, dan penyebab kematiannya disebut 'tidak diketahui' menurut Tsyganok dan portal berita Rusia.
Penduduk di sekitar laboratorium ini sering mengeluhkan masalah kesehatan.
Jurnalis Bulgaria Dilyana Gaytandzhieva mempublikasi cerita mengenai Lugar awal 2018 lalu, dalam wawancaranya untuk laporan itu, kebanyakan penduduk di sekitar tempat itu menderita sakit kepala, pusing dan tekanan darah tinggi.
Mereka juga mengatakan ada asap hitam dari laboratorium tersebut.
Sejak 2003, ratusan insiden melibatkan kontak tidak sengaja dengan patogen mematikan terjadi di bio-lab AS baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Hal ini bisa menyebabkan kontak langsung terinfeksi, dan bisa menyebarkan virus ke komunitas mereka dan menyebabkan epidemi.
Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Rusia Armais Kamalov mengatakan dalam wawancara dengan TASS awal Juni lalu jika perkembangan virus buatan sebagai senjata biologi seharusnya menjadi subyek larangan dunia sama halnya tes nuklir.
Ia menggunakan lab AS di Georgia dan Armenia sebagai contoh.
"Ada banyak laboratorium, yang masuk ke dalam Departemen Pertahanan AS. Bukan rahasia jika mereka ada di Georgia, Armenia dan republik lain.
"Mengejutkannya adalah akses ke laboratorium ini terbatas dan kita tak tahu apa yang mereka lakukan di sana," ujarnya.
Dengan AS terus-terusan menuding China dan lab Wuhan sebagai pembocor virus Corona, AS malah justru melakukan trik yang sama yang dimainkan di Perang Irak tahun 2002, yang menyebutkan "Saddam Hussein akan segera memiliki senjata nuklir".
Hal ini disampaikan oleh artikel yang dipublikasi oleh blog politik independen Moon of Alabama pada 27 Mei, penulis menulis jika beberapa pihak Barat menyebarkan teori konspirasi lab Wuhan sama dengan trik AS di Perang Irak tersebut.