Intisari-online.com - Tim WHO telah dikerahkan ke China untuk melakukan penelitian investigasi terkait asal muasal virus corona.
Hasilnya mereka menemukan banyak fakta baru di lapangan, dan tuduhan asal muasal virus corona dari kebocoran laboratorium di Wuhan tampaknya tidak terbukti.
Selama ini, virus corona masih menjadi misteri, namun peneliti WHO menemukan kemungkinan virus ini berasal dari makanan beku kepala babi.
Namun, sebelumnya, China mengatakan bahwa virus ini berasal dari kelelawar meski belum bisa dibuktikan hingga kini.
Sementara itu, dari hasil investigasi itu ada beberapa aktivitas di laboratorium Wuhan yang menjadi sorotan.
Melansir Daily Star Selasa (16/2/21), Salah satunya adalah Institut Virologi Wuhan (WIV), di China dilaporkan mengajukan paten untuk penelitian kelelawar hidup.
Hal itu baru terungkap sesaat setelah WHO, mengatakan kemungkinan kecil virus berasal dari kebocoran di lab Wuhan.
Laboratorium di Wuhan memang menjadi pusat kontroversi asal muasal virus corona.
Institut virologi Wuhan, diberikan paten untuk mengandang kelelawar hidup, untuk dilakukan pengujian.
Laboratorium Wuhan itu, dikatakan diberi izin pada Januari 2019, setidaknya 11 bulan sebelum wabah Covid-19 ditemukan pada Desember 2019.
WIV, diilaporkan mengajukan paten untuk kandang pemeliharaan kelelawar, yang mampu tumbuh dan berkembang biak secara sehat dalam kondisi buatan.
Klaim tersebut muncul setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menyatakan bahwa kebocoran dari laboratorium "sangat tidak mungkin", yang juga telah ditegaskan oleh China.
Peneliti WHO memang memberikan kepercayaan pada teori bahwa virus mungkin telah memasuki China melalui daging beku.
Namun, beberapa tracking, aktivitas laboratorium wuhan sempat melakukan beberapa percobaan pada kelelawar.
Paten berikutnya, yang diajukan Oktober lalu, adalah untuk "metode pengembangbiakan buatan kelelawar liar", menurut Mail on Sunday .
Paten tersebut diduga juga membahas penularan SARS-CoV lintas spesies dari kelelawar ke manusia dan hewan lain.
Dikatakan, "Kelelawar yang terinfeksi virus secara alami atau buatan tidak memiliki gejala klinis yang jelas, dan mekanismenya tidak diketahui."
Paten dilaporkan mengatakan metode untuk membiakkan kelelawar untuk eksperimen ilmiah.
Laboratorium tersebut telah berada dalam pengawasan internasional karena diketahui telah melakukan eksperimen pada virus corona pada kelelawar.
Sementara lokasinya, terletak hanya beberapa mil dari tempat kasus Covid pertama dilaporkan pada Desember 2019.
Charles Small, konsultan intelijen sumber terbuka yang menemukan paten, berkata, "Mereka menyebutkan kelelawar menginfeksi dengan virus secara artifisial."
"Metode penanganan kelelawar yang dipatenkan oleh WIV yang diketahui membawa virus korona terkait SARS setiap hari pada waktu makan berisiko meluapnya virus corona," katanya.
Dia mengatakan WHO harus memberikan laporan lengkap tentang percobaan virus corona kelelawar dan kelelawar lembaga.
Pandemi tersebut kini telah menewaskan lebih dari 2,3 juta orang di seluruh dunia.